PURWOKERTO – Kalangan akademisi Institut Teknologi (IT) Telkom Purwokerto siap bersinergi untuk mengembangkan konsep Smart City di Kabupaten Banyumas. Sesuai program pemerintah, Kota Purwokerto merupakan salah satu dari 25 kabupaten / kota yang menjadi proyek percontohan kota pintar.
Rektor IT Telkom Purwokerto, Dr Ali Rokhman MSi mengatakan, pihaknya memiliki sumber daya baik dosen maupun mahasiswa bidang teknologi dan informasi. Artinya, mereka siap diterjunkan untuk berkolaborasi dengan elemen lain mewujudkan kota pintar.
“Kami kan punya sumber daya, baik dosen maupun mahasiswa yang bidangnya sangat mendukung smart city. Oleh karena itu, kami dapat bersinergi dengan semua yang berkepentingan di Banyumas dan sekitarnya,” kata Ali, usai focus group discussion (FGD) Peran Perguruan Tinggi untuk Mewujudkan Smart City di Kabupaten Banyumas di Hotel Java Heritage Purwokerto, Banyumas, Sabtu, (5/10).
Menurut dia, kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas di bidang IT telah berjalan sejak lama. Misalnya, memberikan pembekalan guna membantu penyiapan dokumen-dokumen untuk e-government.
Selain program tersebut, mahasiswa dan dosen kampus tersebut juga melakukan berbagai penelitian untuk pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Banyumas. Salah satunya dengan menciptakan alat pengatur suhu dan kelembaban rumah budi daya jamur.
“Ada beberapa teknologi yang sedang kami kembangkan, mudah-mudahan bisa dimanfaatkan,” katanya.
Menurut Ali, Banyumas masih menyusun masterplan kota pintar ini. Namun dia meyakini, banyaknya kampus berbasis teknologi informatika di Purwokerto dapat mempercepat pengembangan smart city.
Pelayanan Publik
“Masyarakat Banyumas itu sudah siap, melihat banyaknya pengguna internet seperti media sosial,” ujarnya.
Sementara itu, praktisi smart city, Sutanto Sastraredja mengatakan, ciri kota pintar ini di antaranya yaitu mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam tata kelola sehari-hari dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi, memperbaiki pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan warga. Integrasi teknologi dalam tata kelola kota dimungkinkan berkat keberadaan internet of things, yaitu jaringan perangkat elektronik yang saling terhubung dan mampu mengirim data ataupun melakukan tindak lanjut dengan campur tangan manusia yang minimal.
“Implementasinya ada beberapa hal. Misal smart governance dari pelayanan publik, kebijakan dan akses birokrasi yang dipermudah dengan teknologi. Smart branding dalam hal wisata, bisnis dan tata kota. Smart society dengan sistem edukasi, keamanan serta komunitas masyarakat yang nyaman hingga smart environment yang berkaitan dengan tata kelola sampah dan energi yang berkelanjutan,” jelas akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini.
Sutanto mencontohkan, di Surakarta, sejumlah bangunan seperti sekolah, telah menggunakan panel surya untuk menghemat dan menciptakan energi mandiri. Bahkan, termasuk rumah pribadinya.
Menurut dia, untuk mewujudkan smart city dibutuhkan infrastruktur penunjang yang memadai, kesiapan pemerintah, hingga kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan teknologi digital secara maksimal.(K35-37)