Miris dengan tingginya angka kecelakaan penderes, Tri Agus Triyono, warga Banyumas menciptakan alat bantu memanjat pohon kelapa. Alat yang diberi nama BOCX 1 ini tidak hanya untuk memanjat pohon kelapa, tapi bisa digunakan untuk memanjat pohon keras lainnya.
Alat bantu memanjat pohon kelapa yang sudah diujicoba beberapa kali ini dibuat berdasar pengalaman Tri sebagai instruktur outbond, pendaki gunung dan olahraga alam bebas. Rangka alat ini terdiri dari dua baja ringan berbentuk segitiga dan sling baja untuk menopang kaki serta sebagai tempat duduk.
“Alat ini juga dilengkapi carabiner, tali webing serta sadel sepeda untuk keamanan dan kenyamanan. Apabila ditimbang, BOCX 1 hanya seberat kurang lebih 5 kilogram, namun mampu menahan beban hingga 250 kilogram,” ujar Tri.
Tri menjelaskan, cara kerja alat bantu memanjat pohon ini mirip orang yang menaiki becak, bagian kaki harus menggenjot pedal untuk mendaki pohon, sementara bagian tangan mengontrol tali sling baja yang mengikat pohon.
Jarak antara bagian sadel dengan pijakan sekitar satu lengan. Penumpangnya duduk di sadel yang tersedia di bagian atas, sementara bagian kaki melakukan gerakan mencungkil seperti sedang mengubah transmisi pada sepeda motor.
“Si pemanjat pohon juga bisa leluasa beristirahat saat lelah memanjat dengan duduk di sadel. Pinggang pun selalu terikat dengan tali webing, memperkecil kemungkinan jatuh dari pohon ketika berada di ketinggian,” katanya.
Tri menuturkan, ide pembuatan alat ini berawal dari keprihatinan akan tingginya angka kecelakaan penyadap nira kelapa di Banyumas. Tahun 2017 lalu, 129 petani penderes mengalami kecelakaan. Selain mengalami cacat fisik, tak jarang yang berujung kematian.
Padahal, potensi hasil perkebunan kelapa di wilayah ini cukup tinggi. Tetapi hal itu berbanding terbalik dengan jaminan keamanan dan kesehatan untuk para penyadap.
“Saat saya mulai merakit alat ini, banyak tetangga yang meremehkan. Mereka bilang “lebih ribet”. Karena harus memasang alat tersebut sebelum memanjat. Beda dengan penderes yang terbiasa tanpa alat bantu,” tuturnya.
Menurut Tri, kerumitan itu sebenarnya merupakan masalah sepele. Apabila sudah terbiasa menggunakan alat tersebut, penderes pasti memanjat dengan cepat.
Beberapa pekan setelah alat ini diluncurkan, Tri mengaku sudah ada beberapa pihak yang menawar alat ini. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan pengusaha. (NS)