PURBALINGGA – Pemdes Serayu Larangan, Kecamatan Mrebet mengadakan soft opening Pasar Lohjinawi, Minggu (19/1) pagi. Pasar itu dikonsep tradisional dengan menjajakan kuliner tradisional sebagai daya tarik wisata dan meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.
Kades Serayu Larangan, Fajar Prasetyo Utomo mengatakan, anggaran pembangunan pasar itu berasal dari Bantuan Khusus Kabupaten (BKK) senilai Rp 85 juta. Keberadaannya untuk mendongkrak kunjungan wisata ke Desa Serayu Larangan sekaligus pemberdayaan warga agar penghasilan mereka meningkat.
“Desa kami sebagai jalur wisata Gunung Slamet. Kami tidak ingin jadi penonton saja. Karena itu kami harus menangkap peluang ini. Adanya Pasar Lohjinawi ini cara yang kami anggap paling tepat. Lohjinawi berarti makmu, harapannya membawa kemakmuran bagi warga,” katanya.
Direktur BUMDes Serayu Larangan, Teguh Wiyono selaku pengelola pasar mengatakan, Pasar Lohjiwani buka setiap Minggu. Saat ini sudah diisi 24 pedagang yang merupakan perwakilan dari tiap RT di Desa Serayu Larangan. Mereka menjual aneka kuliner tradisional yang dikreasi sesuai selera. Sebelumnya, mereka adalah pedagang makanan keliling atau yang berjualan di rumah masing-masing.
Adapun sarana jual beli tidak menggunakan uang tunai, melainkan menggunakan uang koin yang terbuat dari kayu yang disebut benggol. Adapun penjual dan pengelola pasar menggunakan kostum tradisional untuk menarik pengunjung. Meskipun pasar dengan konsep sejenis sudah ada, namun Pasar Lohjinawi memiliki pembeda.
“Bedanya, kami usung konsep go green. Tidak ada plastik di sini. Baik untuk bungkus makanan hingga sedotan. Pakai daun atau kertas untuk bungkus. Gelas juga pakai bambu atau batok. Piring pakai anyaman lidi,” katanya.
Untuk berdagang di pasar tersebut, pedagang menyewa lapak Rp 100 ribu untuk tiga bulan. Adapun pada bulan pertama digratiskan agar mereka kembali modal. Sedangkan dari mereka, pengelola akan mengambil retribusi 10 persen dari omzet. (H82)