JARUM jam menunjukkan pukul 07.00 ketika sejumlah orang yang memegang tongkat panjang serupa martil berkumpul di Lapangan Korem 071/Wijayakusuma, Jumat (13/3). Dihadapan mereka terhampar arena dengan tali sebagai pembatasnya. Bentuk arena itu beragam, ada yang lurus, seperti huruf L, ada pula yang serupa huruf Z.
Sejumlah orang itu merupakan personel Korem 071/Wijayakusuma dan insan media di Banyumas. Tongkat serupa martil yang disebut mallet, dan arena yang dibatasi tali, merupakan kelengkapan olah raga woodball. Pagi itu, mereka memang akan memainkan jenis olah raga yang terbilang masih belum lama dikenal di Indonesia itu.
Danrem 071/Wijayakusuma Kol Kav Dani Wardhana mengatakan, woodball merupakan olahraga yang dapat dilakukan siapa saja. Selain karena murah, olah raga ini, juga dapat dimainkan di mana saja, sepanjang ada lokasi yang lapang.
“Saya pernah lihat anak-sanak SMA main woodball, di lapangan yang kurang memadai. Kemudian saya ajak main di Korem, karena di korem fasilitasnya memadai untuk membuat lapangan woodball,” jelasnya.
Danrem juga berharap, suatu saat dapat menggelar turnamen woodball di wilayah Banyumas. Hal itu, kata dia untuk menjaring bakat-bakat baru dalam olah raga woodball. Sehingga, nantinya dapat dilakukan pembinaan yang lebih serius untuk menghadapi ajang yang tingkatnya lebih tinggi.
Bermain Woodball
Dalam kesempatan itu, Danrem juga mengajak para wartawan untuk terjun langsung bermain woodball. Bahkan, dalam kesempatan itu juga digelar turnamen eksebisi yang diikuti wartawan bersama dengan personel Korem 071/Wijayakusuma. Para wartawan yang kebanyakan baru pertama bermain woodball sempat kesulitan mengarahkan bola.
Bola yang mereka pukul kerap keluar dari lintasan. Hal itu, tentu menguntungkan lawan. Namun bagi pemula, kondisi itu memang kerap dialami, karena meski sepintas terlihat mudah, namun butuh konsentrasi tinggi agar dapat mengarahkan bola sesuai sasaran.
Sementara itu, woodball merupakan olah raga asal Taiwan, dan mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000 an. Woodball merupakan olahraga yang permainannya hampir mirip olahraga Golf, namun berbeda alat kelengkapannya.
Olahraga ini dimainkan menggunakan tongkat seperti martil besar dan bola yang terbuat dari kayu. Targetnya, ada sebuah gawang kecil yang ditengahnya terdapat kayu sebagai penjaga gawangnya. Permainan ini tidak memerlukan tempat khusus, tempat dan lokasinya dapat dimana saja seperti di lapangan sepak bola atau tempat yang cukup luas lainnya. Permainannya biasanya terdiri dari 12 lintasan atau fairway dan setiap lintasannya berukuran lebar kurang lebih 2 meter dengan panjang lintasan bebas.
Bentuk lapangan atau jalur lintasan dapat seperti huruf abjad alphabet, namun tidak semua huruf diperbolehkan seperti huruf X dan Y. Tiap pemain harus menyelesaikan 24 fairway dan apabila seorang pemain nilai pukulannya yang paling kecil dialah pemenangnya. Permainan ini juga dapat dilakukan secara perorangan, dobel, beregu ataupun campuran.
Permainan Woodball dimulai dari garis batas start area hingga masuknya bola kayu ke dalam gate atau gawang dengan cara memukul bola dengan tongkat seperti martil besar yang terbuat dari kayu/mallet. Pada pukulan pertama bola pertama bola harus ditempatkan di area start dan menuju ke arah gawang/gate.
Apabila bola yang dipukul melewati gawang/gate atau menjauh, bola tersebut dipukul kembali ke arah gawang dan bila bola berulang ulang belum masuk lagi maka harus dipukul lagi sampai bola tersebut masuk gawang. Jika bola setelah dipukul melenceng/keluar dari jalur lintasan atau OB, bola harus diambil kembali dan ditempatkan di posisi titik lintas bola keluar dari batas diambil sebagai pusat dengan radius dua kepala mallet.(Gayhul Dhika Wicaksana-20)