CILACAP– Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada warga di Cilacap untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor, banjir dan angin kencang.
Imbauan tersebut menyusul perkembangan musim hujan yang tengah memuncak. Prakirawan Cuaca BMKG di Cilacap, Rendi Krisnawan mengatakan, puncak musim hujan di Kabupaten Cilacap diperkirakan berlangsung dalam bulan Februari kemarin, hingga Maret ini.
Puncak musim hujan, umum ditandai dengan peningkatan curah hujan dalam hitungan dasarian atau bulanan. “Pada dasarian pertama bulan Maret ini, curah hujan di Cilacap, Banyumas, Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara termasuk dalam kategori tinggi. Diperkirakan, curah hujan antara 151-200 milimeter per dasarian,” kata Rendi Krisnawan, saat dimintai konfirmasi oleh SuaraBanyumas, Rabu (4/3).
Adapun untuk dasarian kedua bulan Maret ini, diperkirakan curah hujan akan menurun. Namun demikian, untuk rata-rata curah hujan dalam satu dasarian itu tetap masuk kategori menengah.
“Untuk wilayah Cilacap dan Banyumas, curah hujan di dasarian kedua bulan Maret ini diperkirakan berkisar antara 51-150 milimeter,” terang dia.
Untuk dasarian ketiga bulan Maret ini, lanjut dia rata-rata curah hujan juga diperkirakan dalam kategori menengah. Untuk wilayah Banyumas dan Cilacap, diperkirakan berkisar antara 76-150 milimeter.
“Untuk wilayah Cilacap bagian barat, seperti Dayeuhluhur, Majenang dan sekitarnya, itu antara 101-150 milimeter per dasarian,” kata dia.
Adapun pada dasarian pertama bulan April, kondisi curah hujan di wilayah Cilacap dan Banyumas, diperkirakan mulai menurun. Walau demikian, ketika dihitung rata-rata curah hujan dalam dasarian, masih kategori menengah. “Yaitu berkisar antara 51-100 milimeter,” kata dia.
Maksimum
Dengan demikian, lanjut dia pada dasarian satu bulan Maret ini, curah hujan sedang tinggi-tingginya. “Curah hujan maksimum dan paling tinggi di dasarian ini, ketika dibandingkan pada dasarian dan bulan-bulan sebelumnya,” ungkap Rendi.
Lebih lanjut disampaikan, secara umum puncak musim hujan di Cilacap diperkirakan dalam bulan Februari hingga Maret ini. “Tetapi dalam hitungan dasarian, rata-rata curah hujan yang paling tinggi itu di dasarian pertama bulan Maret ini,” papar dia.
Tingginya curah hujan tersebut rentan memicu terjadinya bencana, seperti banjir dan longsor. “Potensinya cukup besar untuk awal-awal Maret ini,” kata dia.
Potensi kejadian bencana juga berlaku pada dasarian kedua dan tiga bulan Maret ini. Walau ketika diukur dari rata-rata curah hujan, potensi bencananya tidak setinggi di dasarian pertama bulan Maret ini.
Karena itu, pihaknya mengajak kepada masyarakat untuk waspada terhadap potensi itu. “Tentu saja, kemungkinan terjadinya bencana ini penting menjadi perhatian bagi masyarakat maupun pihak terkait untuk waspada. Terutama pada wilayah yang rawan bencana,” kata dia.
Di sisi lain, Pemkab Cilacap melalui BPBD Cilacap, sebelumnya sudah menyatakan siaga penuh terhadap potensi bencana alam di musim hujan. Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy Wijayanto mengatakan, sudah melakukan sejumlah upaya guna kesiapsiagaan.
“Sudah dilakukan sejak dari pemetaan daerah rawan bencana, sosialisasi, koordinasi, pembenahan sarana prasarana, yang itu sebagai upaya pengurangan risiko bencana,” kata Tri Komara, baru-baru ini.
Pihaknya juga mengajak warga dan pihak terkait untuk waspada terhadap bencana.
Catatan SuaraBanyumas, sejumlah kejadian bencana pada musim hujan ini pernah melanda wilayah Cilacap bagian barat. Pada pengujung bulan Februari kemarin, banjir genangan sempat melanda sejumlah daerah wilayah eks distrik Sidareja. Genangan kemudian surut dalam beberapa hari kemudian.
Sedangkan bencana longsor, sudah beberapa kali melanda sejumlah titik di wilayah eks distrik Majenang. Akhir pekan kemarin, longoran tebing menimbun jalan kabupaten di Desa Mandala, Kecamatan Cimanggu. Timbunan longsor ditangani dengan kerja bakti dan mengerahkan alat berat milik BPBD Cilacap. (tg-52)