BANYUMAS – Setelah sekian lama menjadi perdebatan, nama ajang Banyumas Extravaganza akhirnya berubah. Karnaval jalanan itu menyandan nama baru yakni Banyumas Wera.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, nama tersebut dipilih setelah melalui sejumlah pertimbangan serta dialog dengan berbagai pihak. Tagline baru ini dianggap lebih mewakili “rasa” Banyumas.
“Wera itu artinya “bagus”, bisa juga indah atau elok. Wera pisan loh,” ujarnya, Kamis (31/10).
Menurut Asis, kata wera ini cukup unik. Sebab sangat jarang dipakai dalam pergaulan sehari-hari.
Meski mengalami perubahan nama, even tersebut tidak mengalami perubahan konsep secara mendasar. Hanya saja, pada penyelenggaraan tahun ini, lebih menekankan pada pelibatan seniman dalam karnaval jalanan tersebut.
“Untuk penyelenggaraannya 15 Desember 2019 mendatang. Konsepnya kali ini batik Banyumasan. Tahun depan kita persiapkan konsep yang lebih menarik. Jadi sekarang transisi. Pekan depan kita bahas detailnya,” jelasnya.
Sementara itu, pemerhati budaya dan pariwisata, Bambang Widodo mengatakan, perubahan nama ini merupakan upaya untuk menjawab kritikan masyarakat terkait nama even. Menurutnya, Banyumas Extravaganza kerap dikritik terlalu “keminggris”. Ada pula yang menganggap even ini mengekor festival di daerah lain.
“Wera itu artinya bisa elok. Bahasa Banyumasannya maen. Kalau diperhatikan, Banyumas Wera (sebelumnya Banyumas Extravaganza) ini berbeda dengan karnaval di Solo atau Banyuwangi. Pawai kostumnya itu batik. jadi ada unsur pemberdayaan perajin batik Banyumasan. Kami juga libatkan pelajar, dan unsur kelompok kesenian pada even ini,” ujar salah satu penggagas Banyumas Extravaganza ini.
Dia menjelaskan, even ini tak mungkin digelar tetap digelar pada siang hari. Sebab, biaya untuk menggelar karnaval pada malam hari lebih mahal. (K35-60)