BANYUMAS – Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, tetap menggelar ajang jalanan Banyumas Wera pada siang hari. Sebabnya, anggaran penyelenggaraan agenda wisata tersebut tidak mencukupi untuk menyewa lampu.
Pemerhati budaya dan pariwisata, Bambang Widodo mengatakan, ajang tersebut mengandalkan keindahan pawai kostum dan penampilan kelompok kesenian. Artinya, bila penerangan tidak mencukupi, maka karnaval tersebut tidak akan dinikmati oleh masyarakat.
“Juri juga menilai keindahan kostumnya. Kalau tidak terlihat, apa yang akan dinilai,” kata salah satu penggagas even ini, kemarin.
Menurutnya, Banyumas Extravaganza berbeda dengan Festival Kentongan yang digelar pada malam hari. Oleh karena itu, penyelenggara perlu mengubah anggaran bila ingin mengubah waktu pelaksanaan.
Dia mengatakan, pihaknya telah berupaya mengakomodasi masukan dari masyarakat, baik terkait konsep maupun nama even. Perubahan nama dari Banyumas Extravaganza menjadi Banyumas Wera diharapkan tak menimbulkan polemik lagi.
“Ini kan menjawab para pengkritik itu. Ya sudah, ikuti sajalah,” ujarnya.
Adapun terkait anggaran, Pemkab Banyumas telah menyediakan dana Rp 170 juta. Anggaran tersebut mencakup tiga rincian di antaranya kebutuhan bantuan bagi para peserta, kemudian untuk penyelenggaraan lalu yang ketiga untuk hadiah.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, nama Banyumas Wera ini dipilih setelah melalui sejumlah pertimbangan serta dialog dengan berbagai pihak. Meski mengalami perubahan nama, even tersebut tidak mengalami perubahan konsep secara mendasar.
“Pada kelompok perwakilan kecamatan, tahun ini kita tekankan untuk melibatkan seniman dan sanggar-sanggar. Jadi mereka bisa mewakili kecamatan yang terdapat sanggar kesenian, atau memiliki kelompok seni unggulan,” katanya.
Dia menjelaskan, even tersebut rencananya digelar pada 15 Desember 2019 mendatang. Untuk perubahan konsep acara akan dibahas pada tahun berikutnya. (K35-)