PURWAKERTO – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah mendorong program generasi berencana di kalangan remaja untuk mencegah pernikahan dini.
Kepala Balai Diklat Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Banyumas, Farida Sumarlin mengatakan, pernikahan dini memunculkan berbagai resiko, baik kesehatan, kesejahteraan, maupun meningkatnya jumlah penduduk.
Dia mengatakan, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 capaiannya rendah. Jadi upaya-upaya yang dilakukan saat ini lebih intens kepada tokoh masyarakat, dan tokoh agama, serta pelayanan-pelayanan rumah sakit, dan pelayanan prima kepada akseptor.
“Di wilayah di Provinsi jateng angka pernikahan dini masih tinggi. Padahal angka pernikahan dini berkontrbusi terhadap kematian bayi dan ibu,” katanya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Taefur Arofat mengatakan, untuk menanggulangi pertumbuhan penduduk, saat ini pihaknya bekerjasa dengan 10 faskes. Masyarakat bisa mengakses layanan KB.
Di Kabupaten Banyumas saat ini terdapat 320 ribu pasangan usia subur. Dari jumlah itu yang sudah menjadi akseptor KB sekitar 250 ribuan atau angka partisipasi KB sudah 70 persen.
Dikatakannya, KB yang disarankan yakni, KB jangka panjang, seperti IUD, implan/susuk, tubektomi (pada Perempuan), dan vasektomi (pada laki-laki). “Lebih aman yang jangka panjang, jadi tidak ada istilah kebobolan,” katanya. (H60-37)