BANJARNEGARA – Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono menegaskan wilayahnya tidak masuk kategori zona merah Covid-19. Namun, berdasarkan patokan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Banjarnegara masih dalam zona hijau dan kuning.
“Hari ini, 29 Juni 2021 pukul 13.40, Banjarnegara masih masuk zona hijau dan kuning. Ini saya tegaskan agar tidak meresahkan masyarakat,” katanya, saat konferensi pers di Ruang Rapat Bupati, Selasa (29/6).
Statemen tersebut menanggapi pernyataan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo terkait 25 kabupaten/kota di Jateng yang masuk zona merah usai rapat penanganan Covid-19 bersama Wakil Menteri Kesehatan pada Senin 28 Juni 2021.
Menurut Bupati, dari 278 desa dan kelurahan di Banjarnegara, hanya ada 1 RT yang masuk zona oranye. Dinas Kesehatan, Puskesmas dan BPBD Banjarnegara masih terus melakukan pengawasan ketat dan pelayanan di wilayah tersebut.
“Jadi acuan saya adalah PPKM mikro yang sah dituangkan Menteri Dalam Negeri. PPKM Mikro masih berlaku sampai hari ini, belum ada aturan lain dan itu hukumnya lebih tinggi dibandingkan gubernur,” tegasnya.
(Baca Juga : Cie cie…. PDI Perjuangan Banjarnegara Usulkan Puan Maharani Capres 2024 )
PPKM Mikro
Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara dr Latifa Hesti Purwaningtyas menambahkan, zonasi berdasarkan PPKM Mikro yakni zona hijau jika tanpa kasus, zona kuning 1-2 kasus, zona oranye 3-5 kasus dan zona merah lebih dari 5 kasus. Berbeda dengan penetapan zona dari Pemprov Jateng.
“Kalau provinsi ada 14 kriteria, di antaranya kasus aktif, kasus sembuh, BOR rumah sakit, BOR ICU dan lainnya,” paparnya.
Pihaknya juga mempertanyakan posisi Banjarnegara yang menempati urutan keempat tertinggi di Jawa Tengah. Jumlah pasien Covid-19 yang menjalani perawatan tercatat 406 pasien. Menurutnya, informasi yang dipublikasikan pada laman corona.jatengprov.go.id tersebut patut dipertanyakan. Pasalnya, dari 4 rumah sakit yang ada di Banjarnegara total kapasitas ruang perawatan pasien Covid-19 hanya 200 bed. “Laporan pagi ini, yang menjalani perawatan di rumah sakit ada 162 pasien,” jelasnya.
Menurutnya, ketidakakuratan data tersebut kemungkinan adanya pasien sembuh, namun masih tercatat dalam data. Sehingga, terjadi akumulasi jumlah pasien yang menjalani perawatan hingga 406 orang. “Kemungkinan akumulasi data setiap minggu. Kami sudah berkoordinasi dengan corona.jatengprov.go.id dan meminta rumah sakit untuk selalu memperbarui data,” ujarnya. (cs-1)