BANYUMAS – Untuk tetap mempertahankan cita rasa hingga daya tarik kunjungan wisata, puluhan perajin Nopia Mino di Kampoeng Nopia Mino, Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas terus mempertahankan produksi kue khas Banyumas itu secara tradisional.
Pengelola Kampoeng Nopia Mino, Desa Pekunden, Agus Tri Lasno mengaku tetap optimis dengan pemasaran produk nopia mino tradisional Banyumas. Dengan citarasa yang khas inilah, nopia mino punya tempat tersendiri bagi para penikmat termasuk pengunjung wisata Kampoeng Nopia Mino.
“Produksi nopia pabrikan ini dibuat menggunakan oven. Tapi kalau tradisional di Pekunden ini, perajin menggunakan gentong tanah dan dibakar dengan bara api secara manual,” jelasnya.
Dengan cara produksi yang berbeda ini, hasil produk yang dihasilkan pun berbeda. Dengan cara tradisional, nopia mino yang dihasilkan punya cita rasa yang khas. Selain itu, produksi nopia mino secara tradisional bisa tahan hingga dua bulan pascaproduksi.
“Kalau oven hanya bertahan dalam hitungan minggu saja. Makanya dengan adanya persaingan inilah, kondisi nopia tradisional cukup terancam. Untuk itulah pemasaran produk nopia mino sebagai bagian dari pariwisata kuliner menjadi alternatif pemasarannya,” katanya.
Dengan berkembangnya Kampoeng Nopia Mino yang telah menggandeng sekitar 21 perajin nopia mino tradisional inilah, pemasaran nopia mino semakin terjaga. Kepada para pengunjung inilah, para perajin terbuka untuk memperlihatkan dapur hingga cara produksi nopia mino secara tradisional.
“Dengan melihat langsung produksi nopia mino yang menjadi bagian dari paket wisata inilah, kami berharap kepada pengunjung dan konsumen semakin menghargai produk nopia mino secara tradisional. Apalagi dari sini ada cita rasa khas yang bisa dinikmati langsung dari dapur perajin,” kata Trisno, salah satu perajin menerangkan.
Sebagaimana diketahui sejak setahun lalu, kawasan RT3 RW4, Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas dicanangkan sebagai Kampoeng Nopia Mino. Dengan latar belakang sejarah puluhan perajin nopia mino terdapat di wilayah ini sejak dulu kala.
Mereka mengalami pasang surut ekonomi sehingga kegiatan pengembangan wisata Kampoeng Nopia Mino menjadi strategi jitu untuk menjaga keberlangsungan mereka secara budaya dan ekonomi.(K37-60)