SEJUMLAH cara dilakukan dalam memeringati Hari Batik Nasional yang jatuh 2 Oktober, kemarin. Sejumlah instansi, baik pemerintah dan swasta mewajibkan karyawannya untuk mengenakan pakaian batik.
Tak terkecuali institusi pendidikan, seperti SMA 1 Sokaraja. Dalam memeringati hari batik, sekolah ini menyelenggarakan sejumlah acara bertema tentang batik.
Kegiatan itu antara lain lomba desain motif batik, lomba drapping batik, lomba lukis batik, fashion show, lomba duta batik hingga pembuatan batik ecoprint massal sepanjang 138 meter.
Guru mata pelajaran kewirausahaan dan prakarya, Heru Santoso mengatakan, selama ini siswa SMA 1 Sokaraja sudah terbiasa dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan seni batik.
Namun tahun ini, mereka melakukan kegiatan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni membuat batik ecoprint massal. Selain itu, diluncurkan pula batik dengan motif flora (tumbuhan), yakni pohon karsem.
Dalam membuat batik ecoprint, lanjut dia, prosesnya cukup panjang dan rumit. Sebagai langkah awal, kain dimordan selama satu malam dengan menggunakan tawas.
Paginya digelar di lantai dan ditaburi daun yang sudah mendapatkan perlakuan khusus (treathment) menggunakan tunjung dan kapur. Sehingga menghasilkan bentuk sejumlah warna kuning dan hijau.
”Penggunaan bahan dari alam ini menjadi batik ramah lingkungan,” jelas dia di sela-sela acara fashion show batik di aula sekolah.
Sekolah Adiwiyata
Selain itu, menurut dia, salah satu alasan digunakannya tanaman sebagai bahan untuk membuat batik ecoprint karena di sekitar sekolah cukup banyak ditemukan.
”Di sekitar SMA 1 Sokaraja banyak sekali pohon-pohon peneduh, apalagi sekolah ini juga telah dinobatkan sebagai sekolah adiwiyata tingkat nasional,” terangnya.
Dalam pembuatan batik ecoprint tersebut, siswa memanfaatkan daun jati, kersen dan belimbing wuluh yang ada di lingkungan sekolah.
”Kami juga ingin mengajarkan kepada siswa bahwasanya keberadaan tanaman di lingkungan sekolah ternyata ada nilainya,” ujar dia.
Lebih jauh Heru menambahkan, dalam peringatan hari batik nasional tahun ini, sekolah menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan lokal tersebut juga meluncurkan batik dengan motif Kersen Pangayom.
”Filosofinya pohon kersen itu sangat rindang sekali, sehingga bisa dijadikan sebagai peneduh atau pengayom,” ujarnya.
Ketua Dekranasda Kabupaten Banyumas Erna Husein dalam sambutan yang dibacakan Ketua Harian Dekranasda, Yuniyanto menyambut baik kegiatan peringatan hari batik nasional.
Seni batik harus tetap dipertahankan, sebab dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas. ”Dengan mengembangkan seni kerajinan batik, setidaknya dapat memberikan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (Budi Setyawan-20)