PURBALINGGA – Difapedia menggelar workshop jurnalistik inklusif untuk para kaum difabel.
Perkembangan teknologi informasi harus berbarengan dengan kehadiran generasi muda inklusif yang berpikir kritis dan inovatif.
Dengan berpikir kritis dan senantiasa inovatif, generasi muda akan lebih menyadari peran dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat.
Salah satunya untuk lebih memanusiakan manusia. Termasuk dalam isu difabel yang hingga saat ini masih terpinggirkan.
(Baca Juga: SMAN 1 Karangreja Gelar Workshop Penulisan)
Mukhanif Yasin Yusup, Direktur Yayasan Difapedia menekankan hal tersebut di acara Workshop Jurnalistik Inklusif di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, 26-28 November 2021.
Yayasan Difapedia Indonesia Inklusi bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI dalam gelaran workshop tersebut.
“Tantangan media digital saat ini yang berkaitan dengan pemuda adalah bagaimana jiwa kreatif dan inovatif serta sikap kritis,” kata Hanif.
Sebagai informasi, masyarakat inklusif adalah masyarakat yang memposisikan dirinya ke dalam posisi sama dengan orang lain atau kelompok lain, sehingga membuat orang tersebut berusaha untuk memahami perspektif orang lain atau kelompok lain dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
Disabilitas.
Workshop dengan tema “Membangun Generasi Muda Kreatif” yang Inklusif ini dengan peserta 51 orang dari berbagai daerah, yakni Purbalingga, Banjarnegara, Semarang, dan Banyumas.
Materi workshop ada dua. Yakni kelas artikel dengan pemateri content creator dari Purbalingga, Bangkit Wismo.
Serta kelas video yang menghadirkan pemateri Robert Hendra Yudiarto MSn dan Riri Irma Suryani MSn dari Prodi Desain Komunikasi Visual di Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Workshop ini diikuti peserta dari difabel dan nondifabel sebagai bagian dari membangun upaya inklusif di kalangan generasi muda sebagai salah satu pilar penting negara.
Demi melancarkan proses workshop kelas video dan kelas artikel, panitia hadirkan dua penerjemah bahasa isyarat.
“Workshop ini sangat menarik sekali. Bagi kami juga merupakan isu baru,” kata Robert Hendra Yudiarto, MSn selaku pemateri Kelas Video.
“Kedepannya semoga tidak hanya berhenti sampai di sini. Difapedia dapat menjadi wadah bagi mereka untuk berkarya, khususnya menyuarakan isu difabel lewat platform digital,” harap Robert.
(Baca Juga : SMA 1 Bobotsari Gelar Lomba Geguritan Banyumasan)
Menurut salah satu peserta non-difabel dari Banyumas, Aditya, acara ini mampu memberikan cara pandang baru terhadap melihat difabel.
“Prasangka buruk dan citra negatif terhadap difabel sanggup terkikis dengan mengikuti acara ini,” kata Aditya.
Yayasan Difapedia Indonesia Inklusi memiliki sejumlah program yang fokus mewujudkan Jateng Inklusi, khususnya di Kabupaten Purbalingga.
Seperti mengembangkan website difapedia.com, kampanye di media sosial, menggelar kompetisi esai dan video hingga pembuatan toilet gratis bagi keluarga difabel. (ri-4)