PURWOKERTO – Even yang termasuk dalam Kalender Wisata Banyumas dianggap perlu mempertimbangkan target pengunjung atau wisatawan. Sebab, hal ini berkaitan dengan promosi dan pemasaran pariwisata.
Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Drs Chusmeru MSi mengatakan, proses penyusunan kalender wisata Banyumas 2020 dapat disusun dalam dua kategori, yaitu main event (even utama) dan supporting event (even pendukung). Even utama adalah acara yang ditargetkan untuk meningkatkan angka kunjungan dan lama tinggal wisatawan.
“Prinsipnya, memang dijual di pasar wisata. Oleh sebab itu, peran biro perjalanan sangatlah penting untuk menilai apakah satu even punya nilai jual kepada wisatawan,” ujarnya, Selasa (14/1).
Even pendukung, sambung Chusmeru, adalah acara yang dibuat sebagai proyek pencitraan destinasi wisata. Artinya, acara tersebut tidak secara langsung dijual kepada wisatawan, namun dapat menarik minat calon wisatawan untuk berkunjung ke Banyumas.
Even pendukung ini hanya sekadar pengenalan potensi seni budaya Banyumas. Disini peran media massa, media sosial, dan komunitas sangat dibutuhkan.
Menurut Chusmeru, dari sekian banyak kalender wisata yang ada, hanya Festival Baturraden dan Festival Rewandha Bojana yang punya nilai jual kepada wisatawan. Sementara Festival Rewandha Bojana memiliki peluang untuk dijual.
Wisata Premium
“Festival Baturraden masih perlu digarap lebih serius dengan menonjolkan keunikan dari sisi tradisi dan seni budaya. Sementara Rewandha Bojana akan lebih menarik jika ada pembatasan jumlah pengunjung, karena berkaitan dengan habitat kera. Festival ini bisa dikemas menjadi wisata premium, sehingga pengunjung bisa dibatasi,” ujarnya.
Selebihnya, kata dia, Festival Kenthongan, Banyumas Wera dan yang lain hanya sebagai even pendukung. Sebab, even tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka kunjungan wisatawan. Kecuali memang ada perubahan konsep dan strategi promosinya.
Dia menilai, Banyumas juga membutuhkan even sport tourism yang dapat masuk dalam kalender wisata tetap setiap tahun. Dengan catatan, agenda tersebut harus menonjolkan ikon daerah dan dapat secara masif diikuti oleh peserta secara nasional.
“Dengan demikian, peserta ajang olah raga tersebut dapat menjadi atlet sekaligus wisatawan. Sport tourism bisa seperti ajang balap sepeda ‘tour de Baturraden’ atau Baturraden Marathon,” jelasnya.
Dia menambahkan, selain wisata olahraga, Banyumas juga membutuhkan acara budaya dalam satu panggung besar yang rutin diselenggarakan di satu waktu. Conothnya seperti Sendratari Ramayana yang digelar di komplek Candi Prambanan. Banyumas bisa membuat acara serupa setiap malam purnama, misalnya, dengan menggelar sendratari kolosal Kamandaka. (K35-52)