BANYUMAS – Dianggap mengganggu warga, aktivitas galian C di Desa Parungkamal, Kecamatan Lumbir dikeluhkan warga. Warga mendatangi kantor desa setempat untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada kepala desa setempat, kemarin (16/12) pagi.
Saat menyampaikan aspirasinya, sejumlah warga yang berasal dari RT 1 RW 1 itu dipertemukan dengan pemilik usaha pertambangan galian batu di lokasi tersebut oleh pemerintah desa dan disaksikan aparat terkait.
Warga penyampai aspirasi, Dwi Mukinah Erni mengaku merasa terganggu dengan aktivitas truk pengangkut batu berpotensi menimbulkan kerusakan jalan, kebisingan dan polusi udara. Sebagaimana diketahui frekuensi lintasan truk pengangkut batu itu terbilang cukup tinggi sehingga bisa menimbulkan debu ataupun jalan becek.
“Saya atas nama warga RT 01/01 menyampaikan keluhan dampak dari lewatnya truk truk besar itu, apalagi jumlahnya 5 sampai 10 truk yang hilir mudik menambah bising dan rusaknya jalan,”katanya.
Selain dampak jangka pendek, kata Dwi, pihaknya juga mengkhawatirkan dampak jangka panjang akibat aktivitas terseut. Untuk itulah ia berharap pemerintah desa mengakomodasi keluhan warga tersebut. Warga berharap penyiraman atau penyemprotan jalan yang dilintasi truk pengangkut batu bisa dimaksimalkan.
Mediasi
Kepala Desa Parungkamal, Salimin didampingi Babinkamtibmas desa setempat, Aiptu Wuryanto berusaha mempertemukan dan memediasi pihak warga dan pengusaha penambang galian C tersebut. Dari hasil mediasi yang dilaksanakan, akhirnya didapatkan kesepakatan pemenuhan keluhan warga oleh pihak penambang.
“Semua usaha pasti ada pro dan kontra, sehingga kami menghadirkan pihak pihak yang berselisih, harapannya semua diatasi dengan nurani,”katanya.
Menanggapi keluhan warga tersebut, pengusaha galian C, Begyo mengatakan pihaknya telah berusaha memenuhi tuntutan dan keluhan warga. Ia membantah pernyataan warga yang menyebutkan penyemprotan atau penyiraman jalan lintasan truk pengangkut hanya sore hari.
Begyo menyatakan pihaknya melakukan pembersihan jalan dengan menyemprotkan atau menyiramkan air pagi, siang dan sore hari. Sementara penanganan potensi polusi, keretakan rumah di sekitar sebagai dampak tambang juga sudah direncanakan akan dilaksanakan.
“Apalagi kami sudah beraktivitas di sini selama dua tahun. Untuk kompensasi ke lingkungan sekitar juga sudah rutin dilaksanakan untuk kegiatan sosial lingkungan setempat terdampak. Selama ini juga terbilang kondusif, khususnya sebelum mobil besar pengangkut batu masuk,” jelasnya.(K37-)