PURBALINGGA – Puluhan santri pondok pesantren (ponpes) di Desa Majasari, Kecamatan Bukateja Purbalingga, yang terpapar Covid-19 menjadi klaster penularan. Selain itu, juga muncul klaster baru yakni tilik bayi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purbalingga dr Hanung Wikantono, Sabtu (1/5) mengatakan, untuk klaster Ponpes, setidaknya 25 santri di salah satu Ponpes di Desa Majasari, Kecamatan Bukateja, terkonfirmasi positif Covid-19.
Menurutnya, kasus klaster ini berawal dari tiga orang santri ponpes yang juga merupakan siswa salah satu SMA di Bukateja, Purbalingga. Sebelumnya, tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Purbalingga melakukan skrining terhadap siswa tersebut karena sekolah yang bersangkutan akan menggelar uji coba pembelajaran tatap muka (PTM).
“Kami melakukan skrining dengan tes rapid antigen ke siswa di sekolah itu. Hasilnya tiga siswa yang juga santri ponpes itu positif,” katanya.
(Baca Juga: Positif Korona Di Purbalingga Bertambah, Lima Orang dari Klaster Gowa)
Dari hasil itu pihaknya kemudian melakukan tes usap PCR terhadap teman satu kamar di ponpes itu. Dari sebanyak 19 santri terdapat delapan santri yang positif. Kemudian dilanjutkan penelusuran terhadap 80 santri dan hasilnya 17 di antaranya positif Covid-19.
“Jadi total santri yang terkonfirmasi positif virus Covid-19 ada 25 orang,” katanya.
Adapun di ponpes tersebut memiliki santri mukim sebanyak 107 orang. Saat ini seluruh santri yang terpapar Korona sedang menjalani isolasi mandiri.
“Mereka yang positif isolasi mandiri di dalam ponpes, sementara yang negatif dipulangkan dengan dibekali surat keterangan swab negatif,” katanya.
18 Orang Positif
Klaster baru yang muncul yaitu klaster tilik bayi di Desa Tanalum, Kecamatan Rembang. Setidaknya 18 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Hanung menjelaskan, kasus ini berawal dari salah satu warga yang mengikuti pengajian di Kabupaten Pekalongan dan ternyata setelah pulang dinyatakan positif terpapar virus Korona.
“Kebetulan, orang itu (yang ikut pengajian) punya bayi dan warga sekitar menengok bayi tersebut, ya jadi menyebar (virus Covid-19),” katanya.
Dia mengaku khawatir karena warga yang terkonfirmasi positif itu, sebelumnya sudah melakukan aktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.
“Ada yang ikut tarawih berjamaah dan bahkan ada yang mengikuti kegiatan tarling (tarawih keliling),” katanya.
Terkait dua klaster baru yang muncul itu, Dinkes Purbalingga langsung melakukan langkah penanganan agar Korona tidak semakin meluas.
Kondisi terakhir 25 santri yang positif Covid-19 saat ini cukup baik. Tdak ada gejala yang mengkhawatirkan atau membutuhkan penanganan khusus. Mereka juga akan menjalani tes Swab PCR ulang.
“Rencananya pada tanggal 3 dan 8 Mei mendatang. Untuk pengawasan oleh puskesmas dan satgas PPKM,” katanya.
Sementara itu terkait penanganan klaster tilik bayi, pihaknya akan melakukan penelusuran terhadap kontak erat untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran.
Rencananya Senin depan, Satgas Penanganan Covid-19 akan melakukan penelusuran dan tes swab ulang agar dapat memutus rantai penyebaran lebih luas.
“Yang 18 orang itu menjalankan isolasi mandiri di rumahnya masing masing. Mereka tidak memerlukan penanganan khusus tapi tetap dalam pengawasan,” katanya. (ri-2)