PURWOKERTO – Sejumlah pihak mengusulkan, Rumah Sakit Geriatri Purwokerto dijadikan pusat penanganan pasien Covid-19 untuk wilayah Banyumas dan Jateng bagian barat.
Hal ini menyusul jumlah pasien yang terkena virus tersebut terus meningkat. Hingga, Selasa (24/3), data yang dirilis tim gugus tugas penanganan Covid-19 Kabupaten Banyumas, mencatat dua pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 meninggal dunia di Rumah Sakit Margono Soekardjo (RSMS) Purwokerto.
Sedangkan Orang Dalam Pemantaun (ODP), di Banyumas hingga Rabu ( 25/3) mencapai 496 orang, PDP sebanyak 11 dan satu orang positif terjangkit Covid-19.
“Perlu ada rumah sakit yang khusus untuk pusat penanganan pasein Covid-19 dan tenaga medis yang menangani. Kalau dipusatkan, ini bisa mengurangi penyebaran dan penanganan lebih cepat. Kalau masih terpisah-pisah juga membahayakan,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr dr MM Rudi Prihatno, Selasa (24/3).
Penempatan PDP di sejumlah rumah sakit di Banyumas, nilai dia, bisa semakin memperbanyak penularan, karena masih bercampur dengan pasien umum lainnya. Lalu lintas dan mobilitas orang juga tidak bisa dikontrol semuanya.
Para medis yang terlibat penanganan juga rentan tertular. Kondisi ini diperparah dengan alat perlindungan diri (APD) bagi tenaga medis yang minim.
“Unit Geriatri dan Paviliun Abiyasa RSUD Prof Margono Soekarjo atau RS Geriatri milik Pemprov Jateng ini bisa disiapkan untuk sentralisasi khusus pasien Covid-19 bagi warga Banyumas dan Jateng di bagian barat ini,” katanya.
Ketua DPRD Banyumas dr Budhi Setiawan juga mendukung usulan agar RS Geriatri dijadikan pusat penanganan Covid- 19. Selain fasilitas yang mendukung, katanya, lokasinya lebih mudah untuk pengawasaan dan efesien.
“Kalau disiapkan secara khusus, tenaga medis akan lebih mencukupi dan fasilitasnya. Ini berbeda jika penanganannya dilakukan menyebar di sejumlah rumah sakit,” katanya terpisah.
Menurutnya, lokasi RS Geriatri tempatnya luas. Tidak berhimpitan dengan rumah penduduk atau ada pembatas. Namun diakui, sementara ini mungkin kendalanya tingkat huniannya masih tinggi. Sehingga butuh persiapan lebih dulu. Namun dengan adanya peningkatan jumlah PDP tiap hari, katanya, juga harus bisa ditangani dengan cepat.
“Harapan kami, jangan sampai ada PDP dipulangkan sebelum ada kepastian negatif dua kali tes. Hasilnya belum jelas dipulangkan bisa mengkhawatirkan di lapangan,” ujar dia.
Dia mengatakan, saat rapat koordinasi tim gugus tugas, bupati pernah menyampaikan, sementara ini di Geriatri digunakan untuk recovery bagi tenaga medis yang merawat pasein Covid-19.
“Karena ini masih rencana, nantinya kalau akhirnya dijadikan sebagai pusat penanganan Covid-19, maka pasein yang umum harus dipindahkan ke Margono dengan fasilitas yang sama,” sarannya.
Dia menekankan, dalam penanganan Covid-19 yang utama adalah efisien, penanganan cepat dan daya tampung untuk pasien mencukupi. “Dengan tersebar di DKT, Margono, RSUD Banyumas dan Ajibarang, ini kan penanganannya mambrah-mambrah dan menyulitkan,” tandasnya.
Menanggapi hal itu, Bupati Achmad Husain mengatakan, usulan itu sudah diproses secara bertahap. Sekarang masih memaksimalkan penanganan di Margono, DKT, Banyumas, Ajibarang dan rumah sakit swasta.
“Geriatri sekarang ini untuk rest-nya dokter dan para medis untuk recovery. Mereka juga capek dan perlu diisolasi. Kalau nanti diperlukan, nanti seluruh Geriantri bisa dipakai. Ini sudah dibicarakan dan disetujui,” katanya.
Menurutnya, pembicaraan itu sudah dilakukan dengan pihak direktur RS Margono, yang membawahi unit Geriatri. Saat ini, sejumlah ruang isolaiasi yang sudah disiapkan, masih mencukupi.
“Ini PDP yang positif kan juga baru satu dan rumah sakit swasta juga masih ada 40 yang siap. Jadi saat ini belum mendesak adanya lokasi pemusataan khusus,” ujar dia. (G22-20)