PURWOKERTO – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto memprediksi pada September 2019, inflasi Kota Purwokerto lebih rendah dari Agustus 2019. Hal ini didorong oleh normalisasi harga komoditas aneka cabai dan masih terjaganya pasokan bawang merah.
“Di samping itu, seiring dengan mulai berlangsungnya masa panen padi yang diperkirakan mulai terjadi pada September dapat menahan inflasi bulan berjalan,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Agus Chusaini.
Sementara itu, sambung dia, secara tahunan inflasi Purwokerto tahun 2019 diperkirakan berada pada rentang target inflasi 3,5 persen +- 1 persen. Beberapa hal yang berpotensi mendorong inflasi antara lain kenaikan harga bahan makanan sejalan dengan faktor seasonal musim tanam.
Demikian pula dengan meningkatnya permintaan barang dan jasa secara umum. Biasanya terjadi pada hari besar keagamaan dan even tertentu seperti pemilihan umum (Pemilu) dan libur sekolah.
Adapun penetapan harga yang ditentukan Pemerintah seperti tarif listrik dan BBM juga berisiko menjadi penyumbang inflasi 2019. Dari sisi eksternal juga dipengaruhi kenaikan harga komoditas global sebagai dampak dari fluktuasi nilai rupiah dan kondisi perdagangan dunia.
Sebagai upaya pengendalian harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas telah melakukan sejumlah kegiatan. Salah satunya dengan menggelar pantauan harga rutin. Pemantauan dilakukan untuk komoditas bahan pangan strategis seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, dan komoditas hortikultura.
“Fokus kegiatan TPID Kabupaten Banyumas pada 2019 antara Iain, peningkatan pasokan bahan makanan terutama cabai merah dan koordinasi antardaerah dalam pengendalian inflasi,” kata Agus menjelaskan.
Seperti diketahui, pada Agustus 2019, Purwokerto inflasi sebesar 0,42 persen, melambat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,45 persen. Inflasi Purwokerto terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Cilacap sebesar 0,33 persen, inflasi Jawa Tengah 0,33 persen, serta inflasi nasional sebesar 0,12 persen.
Inflasi Agustus 2019 terutama bersumber dari peningkatan harga komoditas pada kelompok bahan makanan yang memberikan andil 0,15 persen, diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan andil 0,11 persen.
Inflasi bahan makanan utamanya bersumber dari komoditas cabai merah dan cabai rawit. Di samping itu, belum masuknya musim panen padi juga turut memicu inflasi beras pada Agustus 2019. Sementara itu, inflasi juga didorong oleh peningkatan harga kelompok sandang terutama emas perhiasan. Di sisi lain, laju Inflasi tertahan oleh deflasi komoditas bawang merah dan bawang putih.
Secara tahunan, inflasi Purwokeno tercatat sebesar 3,36 persen year on year (yoy), terkendali dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5 persen +-1 persen (yoy). Capaian inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi Agustus pada tiga tahun terakhir (2016 – 2018) sebesar 3,10 persen (yoy) . (H60-37)