BANYUMAS – Keberhasilan Kabupaten Banyumas dalam menangani persoalan sampah, ternyata menarik banyak kalangan, tak terkecuali Bupati Semarang Ngesti Nugraha.
Bersama dengan Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait, ia datang ke Kabupaten Banyumas untuk melihat secara langsung cara pengelolaan sampah di kabupaten ini.
Kedatangan Bupati Semarang dan rombongan di terima langsung Bupati Banyumas Achmad Husein di Sasana Joko Kahiman, Rabu (18/5/2022).
Di depan rombongan, Husein memaparkan bagaimana Banyumas berhasil menyelesaikan permasalahan sampah dan hampir tanpa TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Hal tersebut, menurutnya berawal dengan penolakan masyarakat dengan adanya TPA. Maka, ia memulai dari pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).
Selanjutnya pembelian mesin pirolisis pemusnah sampah, kerja sama dengan pengelola refuse derived-fuel (RDF) hingga tempat pembuangan akhir berbasis lingkungan dan edukasi (TPA BLE) di Desa Wlahar Wetan Kecamatan Kalibagor.
Baca Juga : Banyumas sebagai Kabupaten ODF Dideklarasikan
Bupati Achmad Husein juga mengajak tamunya menuju salah satu TPST, yaitu TPST Kedungrandu yang di kelola Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Randu Makmur.
Di lokasi ini terlihat sejumlah aktivitas. Di antaranya pemilahan sampah yang di lakukan para pekerja. Di sini juga ada budidaya magot dengan pakan sampah organik yang masuk ke TPST setempat.
Sementara di sisi kanan, ada mesin pirolisis sebagai mesin pemusnah sampah. Mesin tersebut sudah memenuhi standar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) karena pembakaran dengan suhu di atas 800 derajat Celcus.
Saat ini TPST Gunung Tugel Kedungrandu selalu ada beberapa aktivitas pengelolaan sampah untuk mengurus masalah sampah domestik.
Dari sampah mulai datang, kemudian di pilah antara sampah organik, anorganik dan residu. Kalau sampah organik dapat di proses menjadi pakan magot, karena di TPST sini ada budidaya magot.
Kemudian jika anorganik dapat di cacah untuk disetorkan ke RDF dan residu bisa di musnahkan melalui mesin pirolisis yang ada di sini sejak akhir 2020 silam.
Dinas Lingkungan Hidup
Khusus untuk mesin pirolisis langsung di tangani oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas. Dinas menempatkan para petugas di sini untuk menangani secara khusus pembakaran residu.
Residu-residu yang di bakar menghasilkan abu, karena proses pembakarannya mencapai suhu antara 800-900 derajat Celcius.
Bupati Banyumas menjelaskan, pembelian mesin pirolisis tersebut merupakan bagian dari komitmen Pemkab Banyumas dalam mengelola sampah. Termasuk membangun hanggar-hanggar untuk TPST. Sampai sekarang, pemkab telah membangun 25 TPST yang tersebar di sejumlah kecamatan.
Kunjungan di lanjutkan di TPA BLE di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor. Luasan lahan untuk TPA BLE mencapai 3,5 hektare (ha). Bangunan ini di konsep berwawasan lingkungan dan edukasi.
TPA BLE berbeda konsepnya dengan TPST, karena TPA BLE tidak hanya fokus pada 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), melainkan juga akan di lengkapi dengan kolam renang, pabrik biji plastik, kolam dan fasilitas lainnya.
Husein menjelaskan, TPA BLE ini adalah tempat pemrosesan akhir sampah berbasis lingkungan dan edukasi karena nanti di sana itu komplit penanganan sampah yang di lakukan.
Baca Juga : Terima Obor Pesonas, Ini Ajakan Bupati Banyumas
Di sana ada budidaya magot, kemudian ada pabrik plastik, ada kolam lele, bahkan ada kolam renangnya. Ini yang tidak ada di TPA yang lain.
Sementara Bupati Semarang Ngesti Nugraha ketika di minta pendapatnya tentang penanganan sampah di Banyumas mengacungkan kedua ibu jarinya sambil berucap luar biasa.
Ia akan memulai untuk penanganan sampah di Kabupaten Semarang yang saat ini seharinya ada sekitar 190 truk sampah.(*-7)
Sumber : banyumaskab.go.id