RAWALO – Sejumlah desa di wilayah Kecamatan Rawalo memiliki potensi dalam pengembangan makanan olahan, seperti keripik tempe, lanting, seriping, sale pisang, dan lainnya.
Namun para pelaku usaha masih butuh banyak sentuhan pendampingan dan pelatihan, guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pelaku usaha tersebut.
Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat (Kasi Permas) Kecamatan Rawalo, Masruriyah mengungkapkan, di Kecamatan Rawalo terdapat sembilan desa yang masingmasing memiliki produk unggulan makanan olahan.
Namun demikian, produk unggulan yang sejauh ini telah diproduksi rutin dan untuk mencukupi pasar lokal antara lain keripik tempe, lanting, seriping dan sale pisang.
“Rata-rata pelaku industri kecil di Rawalo memproduksi itu, dan pemasaran juga untuk pasar lokal saja. Untuk produk olahannya sudah bagus, namun demikian mereka masih butuh banyak sentuhan pelatihan dan pembinaan. Seperti halnya mendorong kepada mereka melengkapi izin produk industri rumah tangga (PIRT), serta meningkatkan kemasan produk agar lebih menarik,” ujarnya.
Dijelaskan, pihaknya terus berupaya memfasilitasi kegiatan pendampingan dan mengusulkan program pelatihan, guna meningkatkan kapasitas SDM pelaku usaha kecil.
Pihaknya mengaku sangat terbantu dengan hadirnya program pendamping keluarga harapan (PKH) dari Kementerian Sosial. Karena sejumlah pendamping program PKH banyak membantu program pelatihan mandiri para penerima manfaat khususnya.
Bukan hanya makanan olahan, di wilayah Kecamatan Rawalo terdapat pendamping program PKH yang turut mendampingi dan melatih masyarakat untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan sumber daya lokal.
“Di Desa Tipar, kemarin ada yang mendampingi penerima manfaat dengan pelatihan membuat piring dari lidi. Kan wilayah pedesaan banyak potensi itu karena masih banyak pohon kelapa,” tutur dia.
Menurut dia, dulu masih banyak masyarakat memanfaatkan pohon kelapa untuk diambil niranya. Namun seiring berjalannya waktu, karena anak muda enggan melakukan pekerjaan itu, pemanfaatan pohon kelapa untuk diambil niranya sudahnya mulai berkurang.
“Saat ini tengah diupayakan untuk anakanak muda bisa lebih kreatif dalam memanfaatkan potensi lokal, seperti dengan pelatihan piring lidi tersebut,” tutur dia. (mar-60)