PURWOKERTO – Kalangan perajin dan pelaku IKM gula palma, khususnya gula kelapa di wilayah
Barlingmascakeb, diminta untuk memperttahankan kualitas atau orisionalitas gula tersebut dari bahan campuran rafinasi.
Karena dari sisi kesehatan, kualitasnya dianggap paling bagus. Sementara untuk kepentingan bisnis, kini banyak dimintai pasar luar negeri (ekspor) karena sudah memiliki pasar spesifik.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, usai membuka acara workdhop pengembangan industri kecil menengah (IKM) gula palma berbasis sistem informasi terpadu, di Hotel Java Haritage, Jumat (15/11).
Kegiatan tersebut melibatkan sebanyak 60 orang pelaku usaha IKM gula palma dari Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara dan Kebumen, serta sejumlah narasumber.
Gati menerangkan, permintaan pasar ekspor untuk gula palma ini setahun sekitar 250 ribu ton. Dari Indonesia baru bisa menyuplai sekitar 180 ton per tahun. Sehingga kalau gula palma ini dimasuki atau dicampur dengan rafinasi, maka unsur kesehatannya akan turun.
“Makanya saya minta temen-teman pelaku usaha IKM gula palma, untuk mempertahankan orisiolitas (bahan dasar) dari gula palma ini,” katanya.
Pihaknya sudah mencium ada upaya dari pihak-pihak tertentu untuk memasok ke perajin gula palma dengan rafinasi. Gula rafinasi itu untuk kalangan industri besar dan hanya untuk melayani kepentingan bisnis, bukan untuk dicampurkan pada produk gula palma (seperti jenis gula semut dan gula kristal).
“Kalau gula palma ini dicampur dengan rafinasi, ini tidak bisa di ekspor, karena pasarnya hanya lokal. Kalau tidak bisa ekspor, kan rantai pasoknya ini melibatkan banyak tenaga kerja. Mulai penderes sampai industri hilirnya. Kalau ini sudah tidak ada pekerjaannya lagi, kan kasih nasib sekitar tiga jutaan tenaga kerjanya,” tegasnya.
Pihaknya mengaku belum melangkah untuk menindak pelaku yang mencampur gula palma dengan
rafinasi, dengan minta bantuan ke aparat penegak hukum. Upaya yang bisa dilakukan, katanya, masih sebatas himbauan kepada kalangan perajin dan pelaku usaha IKM ini.
Terkait produksi gula palma secara nasional, Gusti menjelaskan, produksi paling besar dari wilayah Barlingmascakeb. Tempat lain, seperti di Provinsi Banten, hanya di daerah Lebak. Kemudian di Sulawesi Utara hanya di Minsol dan Provinsi Gorontalo.
“Di Jateng ini terpusat di lima kabupaten (Barlingmascakeb), dan menyerap tenaga kerjanya cukup banyak,” ujarnya.
Terkait kegiatan workshop, kata dia, ini sebagai salah satu upaya terobosan melalui pengembangan IKM gula palma berbasis sistem informasi terpadu pada proses bisnis baik internal (vertical integration) maupun eksternal (horisontal integration) di pelaku IKM atau koperasi.
Gati menjelaskan, gula palma yang berbahan dasar gula kelapa merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekspor tinggi dan terus meningkat. Dia menggambarkan, pada pada 2017 ekspor gula palma mencapai 25 ribu ton dengan nilai 42,6 juta dolar AS dan pada 2018 ekspor gula palma meningkat menjadi 35 ribu ton dengan nilai 52,5 juta dolar AS.
Untuk menjaga pasar utamanya dari negara pesaing, lanjut Gati, maka kualitas gula palma harus diperhatikan dengan baik agar kualitasnya tetap terjamin. Demikian pula dalam proses produksi yang harus efisien dan mudah telusur.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Banyumas, Yuniyanto, perajin atau penderes gula kelapa di wilayah Banyumas saat ini sebanyak 26.850 orang. Dari jumlah itu, kata dia, sekitar 10 persen menggeluti jenis usaha ke gula semut atau kristal yang kini banyak di ekspor ke pasar Eropa.
“Rata-rata produksi gula kelapa per penderes sehari itu 5 kg. Kalau totalnya sekitar 47 ribu ton per tahun. kalau untuk Barlingmascakeb setahun sampai 105 ribu ton,” jelasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan ekspor gula kelapa dari Banyumas, pihaknya manargetkan sampai tahun 2023 sebanyak 33 ribu ton per tahun. Saat ini, katanya, baru tercapai target setengahnya.
“Kalau sekarang sudah mencapai target di atas 10 ribu tonm dan akan dinaikkan terus tiap tahunnya, sehingga eksportir bertambah dalam rangka produk gula kelapa maupun gula semut bisa di eskpor ke luar negeri,” katanya optimis bisa penuhi target. (G22-20)