PURWOKERTO – Supaya mampu bersaing dan tidak tertinggal dengan pendidikan formal (sekolah), lembaga pendidikan nonformal harus memberikan layanan yang berkualitas.
Meski begitu, dalam mewujudkannya tidak mudah. Kreativitas dari pengelola lembaga pendidikan nonformal, dinilai menjadi salah satu kunci agar keberadaan lembaga tersebut menjadi maju dan berkualitas.
Menurut Kepala Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto, Slamet Sularto, dalam memajukan sebuah lembaga pendidikan non-formal (SPNF), baik itu berupa pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) maupun SKB dibutuhkan strategi dan kreativitas dari para pengelola.
Strategi yang dimaksud, kata dia, di antaranya adanya perencanaan yang matang dalam mengelola satuan pendidikan nonformal. Tanpa adanya perencanaan yang tepat dan matang, sulit bagi satuan pendidikan untuk bisa maju.
“Dalam membuat sebuah perencanaan, pengelola lembaga pendidikan nonformal harus mampu melakukan identifikasi dan menelaah berbagai faktor yang memengaruhi perkembangan lembaga secara sistematis,” tuturnya, Senin (11/5).
Selain itu, koordinasi yang baik dalam mengelola satuan pendidikan nonformal juga dibutuhkan. Koordinasi tidak hanya dilakukan secara internal di lingkungan satuan pendidikan, tetapi juga dilakukan terhadap lingkungan eksternal.
“Bahkan yang tidak kalah penting adalah adanya kerja sama dengan pihak lain. Kerja sama ini lebih dalam rangka untuk memajukan lembaga agar menjadi lebih berkualitas,” ujarnya.
Menurutnya, lingkup kegiatan dari satuan pendidikan nonformal meliputi kegiatan pembelajaran dan kegiatan non-pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terdiri atas layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pembinaan pendidikan keluarga, program kesetaraan, pendidikan masyarakat, serta kursus dan pelatihan. (H48-52)