BANYUMAS-Prihatin banyak generasi muda sekarang yang kurang memiliki minat terhadap gamelan, mendorong Eko Kuntowibowo, guru SMK Negeri 3 Banyumas, memproduksi gamelan agar tetap lestari dan tidak punah.
Pendapa Oemah Gamelan Eko Kuntowibowo merupakan produsen gamelan. Lokasinya di Jalan Jaya Sirayu Gg Perintis No 19, RT 3 RW 3 Desa Pekunden, Kecamatan/Kabupaten Banyumas.
Beri Kesempatan Latihan
Selain memproduksi gamelan, ia juga memberi kesempatan bagi mereka yang ingin latihan gamelan, mulai anak-anak hingga manula.
Suami dari Larasati Warihasih itu memproduksi Gamelan mulai tahun 2003 setelah lulus dari SMK.
Ayah dari tiga anak, yaitu Galuh Ajeng Ismayasih, Shashya Puspitasari dan Julung Bagaskoro itu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Solo.
Legalitas
Mengingat banyak pemesan yang membutuhkan administrasi, kemudian dalam perjalanannya tahun 2018 membuat legalitas perusahaan, lewat akta notaris dengan nama CV Sumber Rejeki.
Dia mengenal gamelan sejak kecil, karena rumahnya sering untuk latihan karawitan dan seni pedalangan.
”Kebetulan bapak saya Ki Simon Taryoko hobi mendalang, walau kesehariannya sebagai karyawan PLN dan sekarang sudah pensiun,” katanya.
(Baca Juga: Gubrag Lesung Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda)
Dengan adanya latihan rutin tersebut, ia terbiasa mendengarkan alunan-alunan musik gamelan. ”Sekarang sebagai pijakan hadirnya gamelan dalam diri saya,” katanya Selasa (3/8/2021).
Melestarikan Budaya
Selain hobi pribadi, Eko memproduksi gamelan dengan tujuan utama melestarikan budaya bangsa yang adi luhung. Pasalnya dengan budaya bisa membangun karakter bangsa melalui kesenian.
Produksi gamelan Eko Kuntowibowo telah memiliki popularitas yang cukup tinggi, sehingga gamelannya sudah terjual ke berbagai daerah.
Misalnya Bali, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa tengah, DIY dan Jakarta.
(Baca Juga: Banyumas Kenalkan Seni Lengger Lanang)
Harga seperangkat gamelan ia bandrol mulai Rp 70 juta hingga ratusan juta, tergantung permintaan pemesan.
Eko Kuntowibowo sebagai produsen gamelan biasanya dapat memproduksi satu perangkat gamelan lengkap berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan. Terdiri atas rebab, kendhang, gender, bonang barung, bonang penerus, slenthem, demung, saron.
Kemudian saron penerus, ketuk, kempyang, kempul, suwukan, gong, siter, gambang dan suling.
(Baca Juga: Rianto Angkat Lengger Lanang di PKN 2020)
Ia memproduksi tidak sendiri, namun bersama enam hingga sepuluh orang. Masing masing memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda.
Ada pemasok bahan baku (besi dan kuningan), tenaga untuk menyetem nada, dan tenaga untuk memotong bilah gamelan (demung, sarong, gender dan slenthem).
Selanjutnya ada pula tenaga ahli untuk membentuk pencon (bonang, kethuk, kempyang, Kenong, kempul, Suwukan dan gong), serta tenaga untuk pengecatan/plistur.
Keterlibatan Eko saat pengondisian pekerjaan awal dalam pembuatan satu perangkat gamelan ageng. Kemudian pengecekan setengah jadi dan hasil akhir yang harus satu pemahaman. Sehingga hasil akhirnya sesuai dengan harapan.
Tahapan pembuatan gamelan, mulai dari penyiapan bahan baku (besi dan kuningan), penyiapan peralatan, mengukur ketebalan bahan, serta mengukur mal/gambar ke dalam bahan baku.
”Memotong bahan baku sesuai kebutuhan, pembentukan bahan baku, pengelasan khusus bentuk pencon, pendempulan khusus bentuk pencon, penggerendaan,” tambah sarjana seni yang lahir di Purwokerto, 31 Januari 1985 ini.
Kemudian pelarasan/mencari nada pada bahan baku yang sudah terbentuk, pengeboran, pengamplasan dan penyemprotan cat khusus bahan besi atau penggilapan khsus bahan kuningan.
Sedangkan untuk bahan baku kayu (Rancakan), mulai dari penyiapan bahan baku kayu, pemotongan kayu sesuai dengan ukuran, pembentukan bahan kayu, pengukiran, pengamplasan, pendempulan, pengecatan atau plistur, serta pemasangan bilah pada rancakan.
Menerima Pesanan
Biasanya ia menerima pesanan dari instansi pemerintah, sekolah dan desa, serta perorangan.
Eko berharap, generasi sekarang cinta dengan budaya sendiri. Salah satunya mencintai gamelan.
”Harapannya cinta gamelan, khususnya seni karawitan agar semakin ngrembaka (banyak). Sehingga keberlangsungan seni gamelan menyatu dengan jati diri bangsa,” pungkas putra pasangan Taryoko dan Supeni ini.(aw-6).