Bahasa Banyumasan atau disebut juga bahasa penginyongan, merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Banyumas dan wilayah sekitarnya. Meski sama-sama bahasa jawa, dialek bahasa banyumasan berbeda dengan dialek bahasa yang digunakan masyarakat daerah lain di pulau jawa.
Selain ciri khas penggunaan kata sapaan “Rika” dan “Inyong”, saat berbicara, orang Banyumas selalu jelas dalam mengucapkan vokal, atau yang disebut dengan cetha wela welo, “a” ya diucapkan “a”, “o” ya diucapkan “o”.
Walaupun sampai saat ini dialek bahasa penginyongan masih kental digunakan oleh masyarakat Banyumas dalam kehidupan sehari-hari, ternyata ada beragam istilah yang sudah jarang digunakan, atau bahkan tidak diketahui oleh generasi sekarang.
Nah, kalau kamu mengaku sebagai orang Banyumas dan bangga pada bahasa penginyongan, harusnya kamu tahu lima istilah ini.
Panen Mata Pailan Gulu
Panen mata pailan gulu memiliki makna seseorang yang hanya bisa melihat orang lain makan enak dan berkehidupan senang, tapi diri sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menonton kesenangan hidup yang didapatkan oleh orang lain alias ngiler.
Ana Dina Ana Upa
Ana dina ana upa memiliki makna tentang kehidupan yang harus terus optimis, tidak boleh putus harapan. Ungkapan ini memberikan nasihat kepada kita bahwa selama ada hari atau waktu, maka ada rezeki bagi setiap orang yang diberikan oleh Tuhan.
Ora Ongkek Ora Nyekek
Ora ongkek ora nyekek, istilah ini menjadi gambaran kehidupan manusia yang harus terus bekerja keras mencari penghidupan. Karena jika tidak mau bergerak atau bekerja (ongkek), maka jangan berharap bisa mendapatkan makan (nyekek).
Gelem Obah Mesti Mamah
Gelem obah mesti mamah sebetulnya memiliki arti yang hampir mirip dengan ora ongkek ora nyekek, tapi makna dari gelem obah mesti mamah adalah asal mau berusaha pasti ada jalan. Ungkapan ini menjadi penyemangat bagi manusia untuk terus berusaha dalam menjalani kehidupan.
Baca : Sandang Pangan Papan, Mana yang Harus Didahulukan?
Tindik Mbari Laki
Tindik mbari laki, istilah satu ini sudah sangat jarang digunakan oleh wong penginyongan. Tindik mbari laki memiliki makna sambil menyelam minum air, atau dalam peribahasa bahasa Indonesia memiliki makna melakukan suatu pekerjaan sambil mengerjakan pekerjaan yang lainnya.
Ungkapan ini juga bisa diartikan sambil melakukan sesuatu, juga bisa mempelajari atau mendapatkan manfaat lain dari apa yang dilakukan, mengerjakan suatu urusan yang dapat pula menyelesaikan urusan yang lain. [YS]