PURWOKERTO – Dibandingkan dengan virus-virus lain, jenis Covid-19 yang sekarang sedang merebak sebenarnya tidak terlalu membahayakan. Sehingga dalam menyikapi dan menghadapi, masyarakat tidak perlu panik yang berlebihan.
“Korona ini sama seperti virus yang lain. Hanya saja virus yang lain itu bermetamorfosenya lebih banyak. Kalau ini hanya satu. Beda dengan flu kan banyak sekali tipenya,” kata praktisi kesehatan, Kolonel (CDM) Dr dr Putu Wasi Nugroho Sp B(Onk), dalam diskusi menyikapi kepanikan masyarakat virus Covid-19, di Cafe Ramiro, Selasa (17/3) malam, difasilitasi DPC Peradi SAI Purwokerto.
Menurut Putu, untuk menangkal dan pencegahannya dengan cara memperbaiki sistem tubuh, pola hidup sehat dan lingkungan sekitar. Jika kondisi itu tidak disiapkan dengan baik, maka virus apapun mudah masuk menyerang tubuh. Maka yang harus diperkuat adalah sistem kekebalan tubuh.
“Saya contohkan deman berdarah dengue (DBD), virusnya juga karena sistem lingkungan kita yang kurang bersih. Misalnya ada jentik nyamuk, menggigit, dan penularannya mudah sekali. Seperti halnya virus korona ini,” terang spesialis bedah ini.
Dia menjelaskan, Covid-19 merupakan virus lama, namun saat ini belum menimbulkan pandemi seperti sekarang ini. Dia menilai, sampai saat ini belum ditemukan antivirus oleh negara manapun. Sehingga hanya dibuat vaksin. Dulu belum dibuat vaksin, karena belum menjadi pandemi.
Isolasi
“Vaksin itu adalah satu jenis kuman atau virus yang sudah dilemahkan. Tujuannya memicu antibodi yang ada di tubuh kita, supaya kemasukan virus atau kuman seperti itu, tubuh ini sudah siap. Dan ada jangka waktunya. Ini
beda dengan serum, kalau ini untuk mengobati,” terangnya.
Karena vaksin dan serum belum jadi, maka berbagai negara termasuk Indonesia mengunakan berbagai cara untuk penanganan. Seperti melakukan isolasi hingga penetapan lockdown korona virus ini. “Sementara ini yang paling efektif memang dengan isolasi. Tinggal keberanian pemerintah mau mengambil cara yang paling efektif seperti apa,” saran dokter yang belum lama ini diangkat menjadi direktur RSI Cilacap oleh Yayasan rumah Islam (Yarusi) setempat.
Menurutnya, masa inkubasi virus tersebut dinyatakan benar-benar mati sebenarnya 37 hari. Sedangkan waktu 14 hari itu fase virtus tersebut melemah. Jika setelah itu kondisi pasien yang posistif Covid-19 bisa dijaga kestabilannya hingga melewati batas 37 hari, dipastikan aman tidak bakal terkena kembali.
“Korona memang mengkhawatirkan, tapi yang paling mengkhawatirkan saat ini justru DBD, karena memasuki musim hujan. Banyak sekali genangan-genangan air, dan ini hampir di setiap rumah ada,” kata doktor lulusan Jerman ini.
Ketua DPC Peradi SAI Purwokerto, Djoko Susanto mengatakan, diskusi yang menghadirkan berbagai praktisi lintas profesi dilakukan sebagai upaya kepedulian untuk ikut memberikan ketenanganan di tengah-tengah masyarakat. (G22-60)