Banyumas – Di tengah maraknya perkembangan teknologi dan gaya hidup modern, ada seorang pemuda yang memilih menggeluti profesi langka dan antik, yaitu sebagai empu pembuat benda pusaka. Dia adalah Afrizal Fadli Azizi atau yang lebih dikenal sebagai Mpu Rizal Banyumas.
Mpu Rizal, 37 tahun, merupakan satu-satunya empu muda di wilayah Jawa Tengah bagian barat. Dia memulai kegemarannya terhadap benda pusaka sejak kakeknya meninggal dan meninggalkan banyak koleksi keris. Karena merasa sayang jika benda-benda bersejarah itu terlantar, dia pun memutuskan untuk belajar lebih dalam tentang seni pamor.
Dia menghabiskan waktu satu tahun di Solo untuk nyantrik atau belajar di bawah bimbingan Empu Basuki Teguh Juwono, seorang empu senior yang terkenal di dunia tosan aji. Di sana, dia belajar teknik menempa, mengatur kekuatan pukulan, memahami insting pijar logam, dan mencampur besi, meteorit, dan baja.
Setelah merasa cukup menguasai ilmunya, Mpu Rizal kembali ke kampung halamannya di Banyumas pada tahun 2017. Dia mendirikan besalen atau tempat pembuatan benda pusaka di Situs Sela Kyai, sebuah lokasi bersejarah yang konon menjadi tempat perlindungan laskar Pangeran Diponegoro.
Di gubuk sederhana di tengah grumbul Gunung Tugel, kelurahan Karangklesem, Purwokerto Selatan, Mpu Rizal menempa besi dengan bara api, palu, dan pencapit. Dia juga memperhatikan weton, pekerjaan, dan harapan pelanggannya untuk menyesuaikan bentuk dan model pamor benda pusaka yang dibuatnya. Dia menganggap benda pusaka sebagai simbol identitas dan doa dari pemiliknya.
Hingga saat ini, Mpu Rizal telah membuat banyak karya tosan aji baik berupa keris, kujang, bethok, tombak, golok, pedang ataupun lainnya dengan berbagai jenis dan ukuran. Dia membutuhkan waktu empat hingga enam bulan untuk membuat satu benda pusaka, tergantung pada bahan dan kesulitan pembuatannya. Dia mengaku tidak menetapkan harga tertentu untuk karyanya, melainkan menyerahkan kepada pelanggan untuk memberi imbalan sesuai kemampuan dan keikhlasan mereka.
Mpu Rizal berharap profesi yang ia geluti ini bisa tetap lestari dan diminati oleh generasi muda. Dia ingin menjadi pembawa estafet seni pamor di era milenial, sekaligus menjaga warisan budaya Nusantara yang telah diakui oleh UNESCO sebagai intangible heritage of humanity.
ALAMAT