PURWOKERTO – Rencana pemerintah Kabupaten Banyumas untuk memperbanyak pementasan di sejumlah objek wisata patut didukung. Pergelaran tersebut bukan hanya dapat menambah daya tarik objek wisata bagi pengunjung, namun juga dapat menjadi ajang pelestarian seni budaya Banyumasan.
Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Drs Chusmeru MSi mengatakan, tak hanya menggelar pentas saja, Pemkab juga perlu memperbaiki strategi publikasi yang masif agar pementasan kesenian itu dipadati pengunjung.
“Apalah artinya memperbanyak pentas seni di objek wisata, jika hanya ditonton oleh segelintir pengunjung,” ucapnya, Senin (9/3).
Menurut pria asal Cilacap ini, publikasi kesenian bisa dilakukan dengan menggandeng komunitas pegiat wisata yang ada di Banyumas maupun luar Banyumas. Dengan demikian, secara masif agenda seni di objek wisata bisa diketahui oleh masyarakat melalui media sosial.
Publikasi itu, kata dosen Jurusan Ilmu Komunikasi ini perlu dilengkapi dengan foto atau video kesenian Banyumas serta narasi yang lengkap tentang kesenian tersebut. Tujuannya untuk mengundang rasa penasaran para calon pengunjung.
“Publikasi juga bisa dilakukan melalui biro perjalanan. Dengan catataan, jadwal pentas seni di objek wisata memiliki kepastian waktunya. Hal ini disebabkan biro perjalanan akan menawarkan kepada wisatawan, sehingga perubahan waktu pentas yang mendadak tentu saja akan merugikan biro dan wisatawan,” jelasnya.
Dia mengatakan, Pemkab Banyumas juga perlu segera menyusun jadwal atau agenda yang pasti tentang pentas seni di masing-masing objek wisata. Jadwal itu harus disosialisasikan kepada komunitas pegiat wisata maupun biro perjalanan.
Ayah Angkat
Menurutnya, selain publikasi juga diperlukan pembinaan terhadap kelompok kesenian agar mereka siap tampil untuk acara wisata. Pemkab dapat mefasilitasi relasi antara kelompok kesenian yang ada di Banyumas dengan pemangku kepentingan budaya dan pariwisata, seperti pengelola objek wisata, pihak hotel, dan restoran. Diharapkan pemangku kepentingan tersebut dapat menjadi ‘ayah angkat’ bagi minimal satu kelompok kesenian.
“Dengan demikian, masalah dana yang selama ini menjadi kendala bagi kelompok kesenian bisa teratasi. Sebab, kelompok kesenian biasanya mengahadapi masalah dana, baik untuk kepentingan operasional perawatan maupun untuk pementasan. Dengan relasi kelompok kesenian dan pemangku kepentingan, selain mengatasi persoalan dana juga memberi peluang untuk pentas secara berkelanjutan,” katanya.
Dia juga menyarankan pihak pengelola objek wisata, hotel dan restoran untuk memberdayakan kelompok kesenian. Sebab, mereka membutuhkan penyambutan atau hiburan kepada wisatawan yang berkunjung. Sinergi dan relasi tersebut akan menjadikan kelompok kesenian lestari dan sejahtera, dan pariwisata Banyumas berjalan dengan dukungan seni dan budaya Banyumasan.
Sementara itu, Pengasuh Sanggar Tari Greget, Yoyok Bambang Priyambodo mengatakan, sejatinya Banyumas memiliki banyak potensi atraksi budaya. Namun, sayangnya belum dikemas menjadi atraksi yang menarik.
“Banyak sekali pekerjaan rumahnya. Contoh di Desa Cikakak, Wangon. Di sana kan ada acara Festival Rewandha Bojana atau Memberi Makan Kera. Itu semestinya bisa dikemas mulai dari pembuatan gunungannya seperti apa, kan ada filosofinya. Nah itu ditampilkan. Lalu arak-arakannya. Jadi ga hanya lomba saja. Digali lagi, bicarakan dengan tokoh adat setempat seperti apa tradisinya,” kata dia. (K35-60)