CILACAP– Sejumlah penjual buah di wilayah eks distrik Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, belakangan ini mulai mengandalkan pasokan jeruk luar daerah. Ini menyusul produksi jeruk lokal mulai habis.
Seorang penjual jeruk di Kecamatan Karangpucung, Rusmi mengatakan, stok jeruk saat ini mulai mengandalkan pasokan dari daerah Jawa Timur. Ia dan sejumlah penjual lain memanfaatkan jasa penyetok.
“Musim panen jeruk di sini sudah mulai berakhir sejak akhir bulan Agustus kemarin. Karena itu, penjual mulai mengambil pasokan dari daerah Jember (Jawa Timur),” kata Rusmi ditemui Selasa (3/9).
Dia menyampaikan, jeruk dari Jawa Timur tidak mengenal musim, sehingga kapan pun bisa dipesan. Ini berbeda dengan jeruk siyem Karangpucung, musim panennya setahun sekali.
“Sebenarnya jeruk siyem Karangpucung lebih diminati karena punya kekhasan rasa. Tapi ya itu, produksinya musiman, jadi tidak selalu tersedia,” kata penjual jeruk lainnya, Darsiyem.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Karangpucung, Wasiran mengatakan, jeruk siyem Karangpucung memiliki kekhasan rasa manis. Kandungan airnya lebih banyak, sehingga lebih segar untuk dikonsumsi.
“Hanya memang, produksinya musiman. Tahun ini sudah mulai panen sejak kisaran bulan Juni lalu, sehingga saat ini memang sudah akhir musim panen,” kata Wasiran.
Pengembangan jeruk siyam di Kecamatan Karangpucung, lanjut dia sudah berlangsung sejak era 1980an, dengan luasan sekitar 272 hektare. Lahan tersebut ditanami sebanyak 114.000 pohon oleh ribuan petani setempat.
Musim panen jeruk tahun ini sudah berlangsung sejak pekan keempat bulan Juli. Dari sampel produksi yang dilakukan oleh pihaknya, rata-rata satu pohon menghasilkan antara 25-50 kilogram.
Sebagian produksi jeruk, lanjut dia dipasarkan di tingkat lokal. Untuk pemasaran luar daerah, banyak dikirim oleh pedagang ke sejumlah daerah di Jakarta, Bandung, Semarang, maupun Yogyakarta. (tg-20)