CILACAP – Sejumlah petani penggarap sawah tadah hujan di Kabupaten Cilacap, seperti Karangpucung dan Cimanggu, tengah memproses percepatan tanam padi masa tanam kedua (MT2), dikenal sadon. Saat ini, petani di sana tengah memanen padi masa tanam pertama (MT1), dikenal ranteban.
Menurut Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Karangpucung, Wasiran, percepatan tanam diawali dengan pemilihan benih padi umur pendek. Benih padi yang banyak dipilih petani setempat, yakni Inpari dan IR64.
Kemudian, petani melakukan sebar petuk. Artinya, di tengah musim panen, mereka sudah membuat persemaian padi. “Itu menjadi cara petani dalam mempercepatan tanam padi. Karena ke depan akan menghadapi musim kemarau. Jadinya kalau tanam cepat bisa terhindar dari potensi kekeringan di musim kemarau,” kata Wasiran, dikonfirmasi SuaraBanyumas, Selasa (28/4).
Merujuk data Balai Penyuluh Pertanian, sawah di Kecamatan Karangpucung 1.728 hektare. Sedangkan sawah di Kecamatan Cimanggu 3.288 hektare.
Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) wilayah Kecamatan Karangpucung-Cimanggu, Nur Hadiyanto mengakui, percepatan tanam di sawah tadah hujan menjadi penting dilakukan, guna menghindari dampak kesulitan pengairan saat musim kemarau. Namun, dia meningatkan akan potensi hama yang rawan menyerang.
“Petani kami dorong untuk mewaspadai hama wereng. Karena dari ranteban ke sadon tidak ada jeda waktu,” kata Nur Hadiyanto.
Karena itu, penting bagi petani aktif melakukan pengamatan sejak awal. “Amati tanaman mulai dari persemaian. Dan apabila ada populasi (wereng) nantinya bisa langsung di ditempuh pengendalian,” kata dia. (tg-60)