CILACAP – Lebih panas dan teriknya siang hari di Cilacap dalam beberapa waktu terakhir ini dipicu sejumlah faktor. Di antaranya potensi awan yang sangat kecil pertumbuhannya, sehingga sinar matahari langsung menuju ke permukaan bumi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Teguh Wardoyo saat dimintai konfirmasi oleh Suarabanyumas.com, Kamis (24/10).
“Mengapa itu bisa terjadi karena ada pergerakan semu matahari. Jadi matahari posisinya di sisi selatan khatulistiwa. Kemudian tutupan awan sekarang kalau dilihat di satelit, di wilayah Jawa itu tutupan awannya sangat kecil sekali. Jadi hampir tidak ada awan di wilayah Jawa,” kata Teguh Wardoyo.
Hal itu terjadi karena disebabkan adanya kecepatan angin yang cukup kencang di lapisan atas. “Jadi kalau ada awan tumbuh tersapu angin. Karena itu tutupan awan ini menjadi tipis bahkan kosong,” kata dia.
Tipisnya tutupan awan itu mengakibatkan sinar matahari langsung bisa menuju ke permukaan bumi. “Kondisi inilah yang kemudian menjadi terasa lebih kering dan panas,” kata dia.
Kondisi Panas
Keringnya kelembaban udara juga disebut menjadi pengaruh lain terhadap kodisi panas di Cilacap. Itu berdasarkan pemantauan dan analisa terhadap kondisi yang berlangsung akhir-akhir ini.
“Berdasarkan pemantauan dari peralatan yang ada di BMKG Cilacap ini, untuk suhu cenderung normal. Cuman untuk kelembaban udaranya itu memang relatif cukup kering. Kelembaban itu menandakan adanya kandungan uap air di udara,” kata dia.
Kondisi itu membuat hawa di wilayah terasa kering dan panas. “Sehingga dampaknya menjadi terasa menyengat di badan,” kata dia.
Terkait awal musim hujan di Cilacap, pihaknya masih mengacu pada prakiraan awal. Musim hujan diperkirakan mulai pengujung bulan ini, masuk dasarian ketiga Oktober.
Sekalipun diakui olehnya, curah hujan cukup minim dalam beberapa waktu terakhir ini. “Prakiraan awal musim hujan di Cilacap masih tetap. Akhir bulan nanti kami evaluasi, apakah akan ada perubahan atau tidak,” kata dia. (tg-60)