Baturraden, sebuah kawasan wisata yang terletak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, tidak lepas dari peran penjajah Belanda yang cukup lama menguasai wilayah Banyumas. Pada masa itu, para ambtenaar (pegawai pemerintah), karyawan pabrik gula, dan pengusaha asal Belanda banyak yang bertempat tinggal di sekitar Baturraden. Mereka memilih bermukim di Baturraden karena iklim di tempat itu sejuk, mendekati iklim di Eropa, dan memiliki panorama alam yang indah.
Awal mula pengembangan pariwisata di Baturraden
Pada sekitar tahun 1928, para pejabat Belanda mulai membangun tempat peristirahatan berupa villa dan sejenisnya di Baturraden. Bukti otentik yang dapat dilihat sampai sekarang adalah adanya prasasti berangka tahun 1914 yang bertuliskan “BRUG GOEMAWANG GESCHOKEN DOOR FIRMA KO LIE 1914” yang dapat diartikan bahwa yang membangun jembatan adalah sebuah firma. Prasasti yang tertulis pada sebuah batu marmer itu merupakan sebuah monumen atas dibangunnya sebuah jembatan di atas sebuah sungai yang dihiasi batu-batu dan di ujungnya terdapat air terjun dengan latar belakang gunung Slamet.
Selain membangun tempat peristirahatan, para pejabat Belanda juga membangun berbagai macam infrastruktur di Baturraden untuk memenuhi kebutuhan pemukiman mereka. Beberapa infrastruktur yang dibangun antara lain pusat pembangkit listrik, pusat pembibitan ternak, sanatarium (rumah sakit paru-paru), usaha penginapan/hotel, dan usaha tanaman hias.
Pusat pembangkit listrik dibangun dengan mengambil sumber tenaga air. Pusat pembibitan ternak didirikan oleh Mr. Balgui, kemudian lebih dikenal dengan nama BPTHMT (Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak). Sanatarium (rumah sakit paru-paru) sekarang digunakan sebagai Kampus POLTEKES (Politeknik Kesehatan) Semarang.
Perkembangan pariwisata di Baturraden pasca kemerdekaan
Pada masa perang fisik antara pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda tahun 1947, berbagai prasarana fisik di Baturraden dibumihanguskan (dibakar) oleh para pejuang. Yang tertinggal hanya tinggal Pusat Pembangkit Tenaga Air Ketenger, BPTHMT, dan Sanatarium. Ketiga tempat ini tidak ikut dihancurkan dengan pertimbangan memenuhi hajat hidup orang banyak.
Pada dekade 1952, muncul pemikiran/ide dari R.Moch. Kaboel Poerwodiredjo yang menjabat sebagai Bupati/Kepala Daerah (KDH) Tingkat II Banyumas yang berkeinginan menghidupkan kembali Baturraden sebagai tempat peristirahatan dan tempat rekreasi. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa pada masa liburan sekolah Anak-anak, landscape Baturraden beserta beberapa bangunan peninggalan Belanda banyak dikunjungi masyarakat untuk keperluan rekreasi.
Namun demikian, gagasan tersebut kemudian belum dapat terealisir karena adanya gangguan keamanan DI/TII. Gagasan tersebut kemudian baru dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Letkol Kolonel Soekarno Agung saat menjabat sebagai Bupati/KDH Tingkat II Banyumas ke-25 pada tahun 1966.
Gagasan menjadikan Baturraden sebagai tempat rekreasi kembali bergulir pasca pemberontakan DI/TII. Pada tahun 1966, Bupati Soekarno Agung membentuk Komite/Panitia Pariwisata yang diketuai oleh Mayor Darsono. Komite ini bertugas melaksanakan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Banyumas.
Pada masa kepemimpinan Mayor Darsono, Komite Pariwisata Kabupaten Banyumas berhasil mewujudkan beberapa hal penting, antara lain:
- Membangun Baturraden sebagai obyek wisata
Baturraden yang sebelumnya hanya berupa hutan belantara, diubah menjadi sebuah obyek wisata yang lengkap dengan berbagai fasilitas, seperti jalan, tempat parkir, pemandian air panas, kolam renang, dan lapangan tenis.
- Mendirikan Kebun Binatang Baturraden
Kebun Binatang Baturraden dibangun pada tahun 1968 dan merupakan salah satu kebun binatang tertua di Indonesia. Kebun binatang ini memiliki koleksi berbagai jenis hewan, mulai dari hewan lokal hingga hewan eksotis dari berbagai belahan dunia.
- Mengalihfungsikan Gedung Bioskop Indra menjadi Gedung Kesenian Soetedja
Gedung Bioskop Indra yang dibangun pada tahun 1930, dialihfungsikan menjadi Gedung Kesenian Soetedja pada tahun 1970. Gedung ini menjadi tempat penyelenggaraan berbagai acara seni dan budaya, seperti pentas seni, pagelaran wayang kulit, dan pertunjukan musik.
- Korem 071 Banyumas menyumbang pipa saluran air panas dari Pancuran Tiga ke obyek wisata dan tanah sebelah Wisma Kartika untuk parkir kendaraan roda empat
- Departemen Pertanian menyumbang tanaman untuk penghijauan obyek wisata
- Perhutani Banyumas Timur memberikan izin penggunaan sumber air panas Pancuran Tiga dan Pancuran Tujuh untuk dikelola sebagai obyek wisata
- Drs. Karseno menyerahkan kembali tanah Negara yang digunakan penanaman murbei untuk ulat sutra, akomodasi, villa, dan Rumah Makan
Komite Pariwisata juga mengadakan kegiatan LOTDA (Lotre Daerah) dan SIRKUS di Kebondalem Purwokerto untuk memperoleh dana tambahan. Hasilnya digunakan untuk pembiayaan sarana fasilitas pendukung pengembangan Baturraden sebagai tempat wisata, antara lain:
- Membuat lapangan tenis di sekitar Lokawisata Baturraden (sekarang tempat parkir roda empat)
- Membangun pemandian air panas yang bersumber dari pancuran tiga
- Kolam Renang
Pelaksanaan ketiga pekerjaan ini mendapat bantuan dari masyarakat di sekitar Baturraden dan tenaga Tapol G30S/PKI. Sebagai komandan tapol adalah Hardjo Soenarmo (Purnawirawan). Para tapol ditempatkan di sebuah rumah yang pernah dijadikan sebagai tempat transaksi barang-barang curian pada masa pemberontakan DI/TII.
Setelah masa tugas selesai (1 Mei 1971), Komite Pariwisata menyerahkan hasil pekerjaannya kepada Pemda Tingkat II Banyumas. Berdasarkan Surat Bupati/Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Banyumas No.80/1971 tanggal 22 Juli 1971 tentang Penunjukan Sdr. Koesni sebagai Wakil Direksi Harian, Bupati/Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Banyumas menunjuk Kusni, seorang staf Biro-Produksi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas, sebagai Wakil Direksi Harian Obyek Wisata Baturraden. Surat ditujukan kepada (1) Poedjadi selaku Pelaksana Pembangunan Loket Penjualan Karcis Pariwisata Baturraden dan (2) Sugeng Wiyono selaku Pelaksana Pembangunan Jalur Jalan di Kompleks Tirta-Ria Baturraden.
Perkembangan pariwisata Baturraden dimulai pada tahun 1974, ketika Sugeng Wiyono ditugaskan sebagai penanggung jawab pariwisata Baturraden. Pada saat itu, Baturraden hanya memiliki satu lokasi wisata, yaitu Tirta Ria yang merupakan sebuah curug kecil.
Pada tahun 1976, dibentuk Badan Pengelola Lokawisata Baturraden yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati KDH/Tingkat II Banyumas. Dengan adanya badan pengelola ini, pengelolaan pariwisata Baturraden menjadi lebih tertata dan profesional.
Pada dekade 1980-an, pengelolaan pariwisata Baturraden semakin berkembang. Luas area wisata Baturraden bertambah menjadi 16,8 hektar, termasuk sebuah makam kuno (petilasan) Ny.Indit (disebut juga Ny. Roro Ireng), Putra Putri dari Hadipati Kutaliman dan Sigamel/Tukang piara Kuda yang dapat dijumpai dalam legenda Baturraden.
Pada tahun 1987, Pemerintah Kabupaten/Dati II Banyumas membentuk dinas teknis yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan dengan nama Dinas Pariwisata Kabupaten/Dati II Banyumas. Sejak saat itu, pengelolaan pariwisata Baturraden menjadi lebih terintegrasi dan profesional.
Perkembangan pariwisata Baturraden telah memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Ekonomi masyarakat sekitar meningkat, pendidikan masyarakat meningkat, dan kebudayaan masyarakat sekitar semakin berkembang.
Keberhasilan penanganan obyek wisata Baturraden telah menciptakan kesadaran dalam diri para pajabat di Kabupaten Banyumas serta masyarakat Banyumas bahwa bidang kepariwisataan dapat menjadi aset yang menjanjikan untuk menuju taraf kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu sejak dekade 1980 mulai digagas pengembangan potensi wisata lain untuk dijadikan sebagai obyek wisata yang sebanding dengan popularitas Baturraden.
Berikut adalah beberapa faktor yang menunjang perkembangan pariwisata Baturraden antaranya, lokasi yang strategis, keadaan alam yang indah, potensi wisata yang beragam, pengelolaan yang profesional, dan dukungan dari masyarakat sekitar.
Perkembangan pariwisata Baturraden dan kabupaten Banyumas hingga saat ini merupakan suatu proses yang panjang dan berkelanjutan. Faktor-faktor yang menunjang perkembangannya antara lain lokasi yang strategis, keadaan alam yang indah, potensi wisata yang beragam, pengelolaan yang profesional, dan dukungan dari masyarakat sekitar.