Stasiun Purwokerto adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di pinggir Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Stasiun ini merupakan stasiun utama dari Wilayah Aset V Purwokerto dan melayani berbagai jalur kereta api penumpang dan barang. Stasiun ini dibuka pada tanggal 1 Juli 1916 oleh perusahaan kereta api Belanda SS (Staatsspoorwegen). Stasiun ini memiliki lima peron, yaitu satu peron sisi dan empat peron pulau yang sama-sama cukup tinggi. Stasiun ini juga memiliki beberapa bangunan dan fasilitas pendukung, seperti gedung administrasi, gedung penjaga, gedung toilet, gedung kebersihan, gedung parkir, lapangan olahraga, dan lain-lain.
Stasiun Purwokerto memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Stasiun ini merupakan bagian dari jalur kereta api antarkota yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung melalui Purwokerto. Jalur ini dibangun pada tahun 1893-1896 oleh Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), sebuah perusahaan kereta api Belanda yang bergerak di bidang transportasi darat dan laut. Jalur ini memiliki panjang sekitar 100 km dan melintasi beberapa kota penting di Jawa Tengah, seperti Kertanegara, Malioboro, Logawa, Purwojaya, Sawunggalih, Kutojaya Utara, Fajar dan Senja Utama Yogya, Taksaka, Bogowonto, Gajahwong, Progo, Jaka Tingkir, Bengawan Solo Mataram Argo Lawu Argo Dwipangga Bangunkarta Ranggajati Gaya Baru Malam Selatan Jayakarta Argo Semeru Bima Singasari dan Gajayana. Jalur ini juga memiliki beberapa halte atau stasiun di sepanjang jalannya untuk melayani penumpang.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), stasiun Purwokerto menjadi salah satu sasaran serangan militer Jepang karena strategisnya sebagai pusat pemerintahan daerah. Pada tanggal 15 Agustus 1945 (Hari Kemerdekaan Indonesia), pasukan Indonesia berhasil merebut kembali stasiun Purwokerto dari tangan Jepang dengan bantuan rakyat setempat. Setelah kemerdekaan Indonesia secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1945 (Hari Proklamasi), stasiun Purwokerto menjadi salah satu stasiun kereta api pertama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada tahun 1950-an hingga awal tahun 1960-an (Periode Orde Lama), stasiun Purwokerto menjadi salah satu stasiun kereta api terbesar dan terpadat di Indonesia karena banyaknya penumpang yang bepergian antarkota atau antarprovinsi.
Pada tahun 1960-an hingga akhir tahun 1990-an (Periode Orde Baru), stasiun Purwokerto mengalami kemunduran karena adanya pembatasan angkutan umum oleh pemerintah pusat untuk menghemat biaya operasional. Banyak penumpang yang beralih ke moda transportasi lain seperti bus atau mobil pribadi untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah penumpang di stasiun Purwokerto secara signifikan. Selain itu, stadi infrastruktur di sekitar stasiun juga rusak akibat kurangnya pemeliharaan dan pengembangan.
Pada tahun 1990-an hingga sekarang (Periode Reformasi), stasiun Purwokerto mengalami berbagai perubahan dan peningkatan. Pemerintah pusat dan daerah berupaya untuk memperbaiki infrastruktur dan fasilitas di stasiun ini untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain adalah renovasi bangunan stasiun, penambahan peron dan jalur kereta api, serta peningkatan sistem tiketing dan informasi penumpang.
Stasiun Purwokerto juga menjadi tujuan wisata sejarah dan budaya bagi masyarakat lokal dan wisatawan. Bangunan stasiun yang khas dengan arsitektur kolonial Belanda menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, stasiun ini juga sering digunakan sebagai tempat berbagai acara dan kegiatan masyarakat, seperti pameran seni dan budaya, festival musik, dan lain-lain.
Saat ini, Stasiun Purwokerto terus beroperasi dan melayani penumpang dengan berbagai jenis kereta api, baik kereta api jarak jauh maupun kereta api komuter. Meski mengalami berbagai tantangan dan perubahan sepanjang sejarahnya, Stasiun Purwokerto tetap menjadi salah satu stasiun kereta api terpenting di Indonesia.