BANJARNEGARA – Wantimpres Habib Luthfi bin Yahya pada Silaturahmi Kebhinekaan di Pendapa Dipayudha Banjarnegara menyampaikan kemajukan ras, suku, budaya dan agama merupakan satu-kesatuan yang menjadikan Indonesia menjadi negara besar. Kekayaan itu harus dijaga agar bangsa Indonesia kuat jika masing-masing elemen merasa rasa handarbeni atau saling memiliki.
Menurutnya, jati diri bangsa Indonesia dikiaskan pada Sang Dwi Warna, dan lagu Indonesia Raya.
“Pada lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan “Bagimu Negeri”, mengandung kalimat ikrar pernyataan kecintaan dan nasionalisme kita kepada ibu pertiwi,” katanya.
Habib Lutfi merasa prihatin atas kondisi bangsa saat ini dengan mulai pudarnya persatuan. Kondisi ini disebabkan pudarnya rasa saling memiliki atau handarbeni. Akibatnya, rakyat mudah untuk dipecah belah, mudah terpengaruh pada hal-hal sederhana yang memicu hilangnya kepedulian, dan toleransi. Karena itu, masyarakat perlu mengajarkan rasa cinta tanah air kepada anak-anak sedini mungkin.
(Baca Juga: Masyarakat Tidak Boleh Kalah oleh Intoleransi)
“Kita harus menankamkan ke-Indonesia-an kepada generasi muda,” tandasnya.
Menurutnya, perbedaan yang ada diibaratkan orkestra dengan berbagai alat musik. Musik yang dihasilkan akan indah jika terjadi harmoni. “Ada klarinet, saksofon, flute, bongo, timpani dan lainnya. Akan indah jika saling mengisi,” tandasnya.
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimun mengatakan, perbedaan adalah sunatullah. Perbedaan tersebut menjadi modal besar untuk menuju kemajuan. “Kita memiliki 1.340 suku bangsa, kalau tidak mau merawat bangsa ini, maka terpecah seperti bangsa Arab,” kata Wagub.
Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono melalui sambutannya di Silaturahmi Kebhinekaan menyatakan, dalam masyarakat yang majemuk perlu ada toleransi. Kemajemukan adalah kenyataan dan berpotensi terjadi pertentangan.
“Tapi kita sepakat bahwa keanekaragaman adalah rahmat. Kita punya empat pilar yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya. (K36-2)