PURWOKERTO-Kebutuhan daging sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kabupaten Banyumas tidak mencukupi, jika sepenuhnya dipasok dari hasil produksi bididaya sapi lokal.
“Ini harus ada komibinasi dengan daging sapi yang dipasok dari luar daerah, dan daging sapi impor, namun dengan kualitas A atau daging paha depan dan belakang, bukan tetelan,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkanak) Kabupaten Banyumas, Wisnu Hermawanto, Rabu (15/4).
Dia mengatakan, dalam kondisi normal sebelum ada tambahan daging untuk BPNT sejak Maret lalu, kebutuhan pasar di Banyumas sehari rata-rata 6-7 ton daging.
“Jika ada tambahan seperti jatah BPNT bulan lalu sekitar 30-32 ton daging, ini tidak mungkian akan bisa dipenuhi dengan penyembelihan sapi lokal. Data tahun lalu per akhir Desember saja, populasi sapi baik anakan, betina dan jantan dewasa saja setahun hanya ada sekitar 16 ribu ekor,” terangnya.
Padahal sapi jantan dewasa jika dipotong, jelas dia, paling banyak menghasilkan sekitar 500 kg daging. Jika sehari kebutuhan daging di pasaran sekitar 6-7 ton, maka dalam sehari para jagal (pedagang daging), harus menyembelih 12-14 ekor sapi.
“Kita juga punya kewajiban untuk menjaga populasi sapi, sehingga sapi betina tidak boleh dipotong,” tandasnya.
Pihaknya sepakat dengan tambahan komoditas pangan BPNT jenis daging. Ini untuk memenuhi kandungan protein hewani bagi keluarga penerima manfaat (KPM). Namun, sebaiknya jumlah yang diterima mestinya jauh lebih banyak dari yang sekarang, hanya seperempat kg.
Tahan Lama
Daging sapi kalau dimasak dan disimpan, kata dia, juga tahan lama. Ini berbeda dengan daging ayam, tidak tahan lama. Lagi pula KPM yang rata-rata dari keluarga tidak mampu dan di rumahnya tidak mesti punya kulkas untuk penyimpanan.
“Jatahnya minimal ya setengah kilogram atau satu kilogram. Jenis lain seperti telur kan sama-sama mengandung priotein hewani bisa dikurangi atau tidak perlu. Jatah kentang mestinya tidak perlu karena sudah ada beras, karena sama-sama mengandung karbohidrat. Apalagi kentang juga dipasok dari luar daerah, bukan potensi lokal Mestinya jatah sayur diarahkan ke kedelai lokal saja,” sarannya.
Koordinator pedagang daging untuk program BPNT, Anggit mengungkapkan, jika jatah aging sapi harus dikombinasi impor kualitas A, maka harus memakai standar harga sekitar Rp 97.000 per kg, sama seperti daging lokal.
“Jika kombinsi dengan daging impor dengan kualitas A, tetap ada lemaknya, tapi kadarnya kecil. Ini beda kalau memakai yang kualitas standar,” jelasnya.
Menurutnya, jika sesuai data Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarata dan Desa, bulan April ini yang direncanakan mulai distribusi per tanggal 17, harus disiapkan sekitar 45 ribu ton. Karena jatah yang diterima per KPM, ditambah menjadi 4 ons, dengan harga sampai ke agen Rp 47.000.
“Tapi dari pengalaman bulan lalu, banyak retur karena di lapangan ditemukan saldo nol di KPM , sehingga pasokan yang akan disiapkan untuk bulan ini sekitar 120 ribuan KPM. Bulan lalu saya sendiri harus menerima retur sampai 3 ribu kg sendiri, ” kata pedagang sapi asal Sokaraja ini.
Dia mengatakan, mereka yang memasok kebutuhan daging untuk program BPNT ada 25 pedagang. Ini tersebar hampir merata bisa melayani untuk 27 kecamatan. Dalam memasok ini, pihaknya harus menyiapkan modal lebih dulu. Setelah barang terkirim ke agen atau e-warung, pembayaran baru ditagih. (G22-)