SENIN (30/3) pada sebuah kios fesyen di Jalan Brigjen Entjung Purwokerto tampak sibuk. Para karyawan tengah menjahit beberapa helai pakaian berwarna putih berbahan anti air.
Galeri itu sejatinya merupakan tempat persewaan gaun dan busana eksklusif. Namun, sejak dua pekan lalu, mereka tidak memproduksi gaun pengantin maupun sejenisnya. Karyawan toko ini justru menjahit baju hazmat yang akan diserahkan kepada tenaga kesehatan.
“Sudah mulai dua minggu lalu kita produksi. Semua gratis untuk disalurkan rumah sakit dan tenaga kesehatan di Banyumas yang sedang berperan melawan Covid-19,” kata pengelola Galeri “Sky Gown”, Betty Tan.
Ia berujar, pada awal produksi alat pelindung diri tersebut, gerainya itu hanya mampu membuat 3 pieces baju hazmat. Namun, setelah mendapat bantuan mesin jahit, kini mereka mampu menggarap 6 helai sekaligus.
Baju-baju pelindung itu pun langsung diserahkan ke rumah sakit yang memesan. Tentunya melalui mekanisme pengajuan atau permohonan resmi. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyalahgunaan.
“Ada banyak orang yang mengatasnamakan organisasi atau rumah sakit. Itu yang kita hindari,” tuturnya.
Dia mengatakan, baju hazmat buatannya sudah sesuai dengan standar perlengkapan medis. Maka, tidaklah heran 12 rumah sakit di Banyumas sudah mengantre untuk memesan pakaian buatannya.
Meski demikian, Betty mengaku sempat kesulitan mencari bahan baku. Untuk mempermudah pendanaan, dia dan rekan-rekannya menggalang donasi.
“Ini semua kan dibagikan gratis, tidak ditarik biaya sama sekali. Jadi kita galang donasi untuk membeli bahan. Justru sekarang kami sekarang kekurangan penjahit dalam jumlah banyak,” ujarnya.
Kewalahan
Betty mengaku kewalahan memenuhi permintaan rumah sakit tersebut. Sebab, mereka diminta mengirim APD setiap hari dalam jumlah tertentu.
Bala bantuan yang diharapkan mulai berdatangan. Pada Senin (30/3), penjahit tas asal Desa Tlaga, Kecamatan Gumelar, Winoto, turut bergabung memproduksi APD.
“Untuk sementara, dengan tenaga penjahit 15 orang kami bisa produksi 60-70 helai baju hazmat. Tapi, kami juga harus memikirkan ongkos untuk penjahit yang memproduksi. Karena sudah dua minggu mereka tidak bekerja,” katanya.
Winoto mengaku ingin membantu memenuhi kebutuhan APD untuk tenaga kesehatan dan rumah sakit. Oleh karena itu pihaknya tengah berkomunikasi dengan sejumlah pihak untuk menggalang dana bagi para penjahit yang turut bekerja. (Nugroho PS-20)