PURWOKERTO – Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto bersama Universitas Peradaban (UP) Bumiayu, menyalurkan bantuan alat mesin untuk pengepakan dan pengemasan tepung instan untuk bumbu bahan campuran masakan mendoan kepada salah satu pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kecamatan Purwokerto Timur, Minggu (8/9) malam.
Penerima bantuan, yakni Heri Purwanto, warga RT 1/RW 12 Kelurahan Sokanegara Kecamatan Purwokerto Timur. Pemilik UD Bramas Jaya (Produks Braling Gold) ini menerima bantuan hibah dari Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenenristek Dikti) untuk tahun pertama, melalui Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah yang diterima tim dosen dari Unsoed-UP tersebut.
Tim pengabdian masyarakat yang terlibat, meliputi Dr Undri Rastuti MSi, selaku ketua tim Fakultas MIPA (Unsoed), Dr Hartiwi Diastuti MSi (Unsoed), Dr Sutarmin SSi MM (Universitas Peradaban) dan Widhiatmoko Hary P ST MT Fakulas Tehnik (Unsoed).
Juru bicara tim pengabdian masyarakat kerjasama Unsoed-UP, Sutarmin mengatakan, makanan mendoan menjadi makanan favorit masyarakat Banyumas dan sekitarnya. Bahkan sudah dikenal luas. Makanan ini juga sudah menjadi menu harian, yakni dikomsumsi sepanjang waktu.
Sementara untuk memasak bahan baku dari tempe mendoan menjadi makanan siap saji, kata dia, masih membutuhkan bahan lain berupa tepung (bumbu) instan. Sementara pasokan tepung berapa pun pasti laku terjual.
“Dari kondisi ini, kami melihat ternyata kendala dari pelaku UKM produksi tepung, justru dipengemasan dan pengepakan yang lamban karena masih mengunakan tenaga manusia. Kalau untuk penjualan tidak terlalu, karena berapa pun jumlah produksinya laku terjual,” terangnya.
Pihaknya kemudian mengajukan program pengabdian masyarakat ke Kemenristek Dikti, dan dibiayai untuk pengembangan produk unggulan daerah ini.
Diceritakan, pengemasan tepung saat ditangani tenaga orang, dengan tiga tenaga kerja, sehari rata-rata bisa memperoleh 600-700 kemasan isi 150 gram/kemasan. Sedangkan memakai alat mesin itu, sehari bisa menghasilkan 2.100 kemasan, dengan isi sama 150 gram. Jika memakai tenaga manusia, sehari satu tenaga hanya menghasilkan 200 kemasan saja.
“Dengan mesin ini, tiga hari dengan tenaga tiga orang setara satu jam. Dengan memakai alat ini pelaku UKM bisa menghemat biaya tenaga pengemasan, dan dialihkan sebagai tenaga pemasaran atau yang lain,” ujar dia.
Bantuan dari Kemenristek Dikti ini, lanjut Sutarmin juga diberikan cuma-cuma. Untuk alat pengemasan berkesinampungan ini senilai sekitar Rp 93 juta. Untuk program pengabdian masyarakat tahun pertama didanai sekitar Rp 138 juta dari rencana total hibah tiga tahun sekitar Rp 450 juta. Bantuan tersebut, katanya, tidak diwujudkan dalam bentuk uang, namun dalam bentuk kebutuhan untuk menyelesaikan masalah.
Dalam program tersebut, jelas dia, diberikan bantuan mesin pengemasan. Selain itu, ada kegiatan pelatihan seperti keamanan pangan, pendampingan dan seminar. Kemudian untuk keluarannya dalam bentuk publikasi jurnal dan media massa.
Heri Purwanto mengatakan, dengan alat mesin ini diharapkan bisa meningkatkan kapasitas produksi Haredan produktivitas. Untuk jumlah kapasitas produksi, katanya, selama ini masih bisa tertangani dengan cepat. Dengan memakai alat mesin tersebut, sudah bisa di-seting sesuai ukuran dan tidak perlu memakai tenaga untuk penimbangan, karena langsung bisa dikemas per 150 gram atau ukuran untuk 10 mendoan.
“Kendalanya memang di pengemasan tepungnya yang selama ini masih memakai tenaga manual, sehingga lama. Dengan alat mesin ini, jumlah kapasitas kemasan makin banyak karena bisa cepat,” katanya. (G22-60)