BANJARNEGARA – Masyarakat mengenal sejumlah pengobatan dengan memanfaatkan tananaman. Namun, penggunaan tanaman obat harus didasari dari riset ilmiah agar tidak menimbulkan efek samping.
Demikian disampaikan oleh President of Organization of Women in Science for Developing World (OWSD) Indonesia National Chapter, Sri Fatmawati dalam Seminar Kesehatan Tanaman Obat dalam Konteks Ilmiah, Kesehatan, Pendidikan dan Bisnis. Seminar diadakan oleh Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Banjarnegara bekerja sama dengan Politeknik Banjarnegara.
Sri Fatmawati mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia mempunyai biodiversitas atau keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Termasuk di antaranya tanaman yang memiliki khasiat obat.
“Namun, untuk menyatakan sebuah tanaman memiliki khasiat obat memerlukan waktu yang relatif panjang melalui riset untuk membuktikan secara ilmiah,” katanya.
Daun Sirsak
Dia mencontohkan, dulu banyak orang percaya daun sirsak mengandung obat yang dapat menyembuhkan penyakit kanker. Akibatnya, banyak orang yang mengumpulkan daun-daun sirsak bahkan sampai pohonnya gundul. Mendadak, harga daun sirsak lebih mahal daripada buah sirsak.
“Namun, mereka yang mengkonsumsi daun sirsak ditemukan kesakitan, karena ternyata ada zat di dalam daun sirsak yang justru bisa merusak atau membunuh sel-sel normal di dalam tubuh, meskipun bisa jadi membunuh sel kanker juga,” ujar dosen Kimia pada Institut 10 November Surabaya itu.
Menurutnya, masyarakat tidak boleh gegabah dalam memperlakukan tanaman tertentu yang dirasa bisa mengobati penyakit. Pemanfaatan tanaman untuk obat semestinya telah dibuktikan secara ilmiah oleh para ahli.
Kepala Dinas Kesehatan mengapresiasi kemitraan IWAPI dan Politeknik Banjarnegara untuk turut serta mengedukasi masyarakat seputar obat-obatan herbal. Seminar tersebut sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kehati-hatian dalam menggunakan tanaman sebagai obat.
Ketua IWAPI Banjarnegara Eny Wahyuni merasa senang seminar tersebut disambut antusias oleh masyarakat. Pihaknya bertekad menjaga keberlangsungan program kerja berbasis saintifik tersebut melalui kerjasama dengan OWSD Indonesia National Chapter. “Rencananya setiap tahun kami akan menggelar seminar untuk turut serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat luas,” kata Eni.
Seminar diikuti oleh 400 peserta berasal dari guru, dosen, peneliti, mahasiswa, peserta didik, tenaga kesehatan, penyuluh pertanian, dan para pengusaha. Hadir pula Direktur Politeknik Banjarnegara Dr Tuswadi, yang juga memberikan orasi prolog Sumbangsih Ilmuwan dari Desa untuk Indonesia. (K36-37)