BANYUMAS-Berada di lokasi perbukitan yang sulit mengakses sarana telekomunikasi, sekitar 20 siswa MTs Pakis yang berada di Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok harus berjuang dalam mengerjakan ujian tengah semester secara online atau dalam jaringan (daring).
Seperti yang terlihat pada Rabu (23/9), mereka bergantian berjalan di lokasi perkebunan pinus di sekitar lokasi mereka. Pasalnya di lokasi perbukitan tersebut, sangat sulit mendapatkan sinyal telepon selular.
“Kalau peserta ujian semester ini totalnya ada 20 anak yaitu Kelas VII ada enam anak, kelas VIII empat anak, dan kelas IX ada sepuluh anak,” jelasnya.
Bergantian
Selain keterbatasan sinyal ekonomi, penggunaan perangkat ponsel android pun dilaksanakan bergantian oleh para siswa. Pasalnya tak semua anak atau orang tua siswa MTs Pakis mempunyai ponsel pintar untuk mengerjakan ujian online tengah semestar tersebut.
“Jadi selain mereka mencari sinyal di perbukitan bahkan ada di atas pohon. Ponsel juga bergantian termasuk dari para guru dan para siswa lainnya. Di sini kebersamaan sangat dibutuhkan,” ujarnya.
(Baca Juga : MTs Pakis Harapan Masa Depan Bagi Anak Pinggiran Hutan (1) )
Salah satu siswa madrasah setempat, Tasripin mengaku sebelumnya pernah mengikuti penilaian akhir semestar dengan perangkat ponsel pintar akhir tahun 2019 lalu. Sampai saat ini madrasah ini memang masih menginduk kepada MTs Maarif NU 2 Cilongok.
“Kami berharap ke depan semoga wilayah ini diberikan dukungan akses sinyal yang memadai sehingga kami bisa dengan memudahkan pembelajaran hingga ujian online,” jelasnya.
MTs Pakis merupakan sekolah terpencil yang berada di pinggir hutan lereng Gunung Slamet. Meski saat ini memiliki ruang belajar dengan bangunan permanen, jangan dibayangkan MTs Pakis seperti sekolah formal pada umumnya.
MTs ini merupakan sekolah alam. Selain diajarkan pelajaran seperti di sekolah formal, siswa di sekolah ini tidak ada seragam. Mereka belajar secara mandiri sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Di sekolah ini, siswa tak menghabiskan waktu sepanjang hari di kelas. Mereka membagi kegiatan akademik dan kegiatan pembelajaran alam, seperti bertani, beternak dan belajar mengenal alam sekitar. Sekolah ini mungkin menjadi alternatif bagi anak-anak yang terpinggirkan karena kemiskinan dan fasilitas pendidikann yang tak merata.(K37-)