BANJARNEGARA – Sebanyak 18 film karya pelajar SMA sederajat se-Kabupaten Banjarnegara bertema sejarah dan budaya bersaing menjadi yang terbaik pada Kompetisi Film Pendek Pelajar SMA. Kompetisi tersebut merupakan rangkaian dari gelaran Festival Film Serayu Banjarnegara (FFSB) 2020.
Dewan juri dalam kompetisi tersebut antara lain, Hadi Saputra mahasiswa Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, praktisi media Bambang Hengky dan praktisi sinematografi, Witriyadi.
Hadi Samputra mengatakan, tidak mudah membuat narasi film pendek fiksi dengan latar sejarah dan budaya. Sehingga, kebanyakan karya masih terjebak pada kajian tema yang dangkal. Padahal tema tersebut bisa sangat luas penerjemahanya.
“Anak-anak harus lebih banyak menonton film sebagai bahan referensi,” katanya.
Bambang Hengky dalam komentarnya juga melihat peserta belum terlalu peka mengeksplorasi keindahan alam di Banjarnegara sebagai set film. Semestinya, panorama indah Banjarnegara dapat dioptimalkan sebagai set sehingga menambah bobot karya film yang dihasilkan.
“Semestinya mereka bisa mengeksplorasi lebih dalam lagi,” ujarnya.
Dikatakan, set film yang bagus juga menjadi sarana untuk promosi wisata. Hal tersebut juga dilakukan film komersial di layat lebar yang tidak hanya menjual cerita, tapi juga mempromosikan tempat-tempat indah yang membuat penonton penasaran untuk mendatanginya.
“Film menjadi promosi wisata yang efektif,” tutur Bambang.
Direktur program FFSB yang juga Ketua Yayasan Sahabat Muda Indonesia (YSMI), Heni Purwono mengungkapkan, pihaknya berharap kompetisi ini ditindaklanjut dengan pelatihan film yang lebih intensif. Dia melihat, potensi siswa dalam membuat film sangat luar biasa. Hanya saja, mereka masih lemah di artistik dan audio.
“Kedua hal tersebut kedepan akan kita garap melalui pelatihan agar kualitas film anak-anak semakin baik,” ujar Heni. (K36-52)