PURWOKERTO – Jumlah desa di Banyumas yang krisis air bersih pada musim kemarau 2019 terus bertambah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Ariono Poerwanto, mengatakan sampai saat ini krisis air bersih terjadi di 70 desa lebih di 19 kecamatan.
“Krisis air bersih tahun ini lebih parah daripada tahun lalu. Desa yang krisis air bersih bertambah terus,” katanya kepada wartawan.
Menurut dia, pada tahun ini krisis air bersih mulai dari Juni dan sampai sekarang belum selesai. Sedangkan tahun lalu, krisis air bersih mulai akhir Juli. Desa yang krisis air bersih sekitar 60 desa di 16 kecamatan.
Sampai saat ini, pendistribusian air bersih ke desa-desa krisis air sudah mencapai 1.400 tangki air bersih. Jumlah ini belum termasuk distribusi tambahan dari pihak ketiga.
Meskipun demikian, Ariono Poerwanto memastikan distribusi air bersih ke desa krisis air mencukupi. Anggaran awal dan perubahan totalnya 2500 tangki. Sedangkan yang sudah terdistribusikan baru 1400 tangki.
Ia memprediksi awal turun hujan di November. Namun, di awal musim hujan belum menjamin kecukupan air bersih. “Kalau hujannya terlalu deras juga kita takut langsung longsor. Tapi kalau hujannya kecil, air yang masuk bumi membutuhkan waktu,” katanya.
Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan, musim kemarau tahun ini sudah terlalu panjang. Sumur-sumur warga banyak yang kering. Air PDAM juga tidak lancar. Hutan Gunung Slamet juga kebakaran.
“Kami minta kepada Allah SWT supaya bisa diturunkan hujan di Banyumas agar penderitaan masyarakat segera dituntaskan,” katanya saat ditemui usai Salat Istisqa di Alun-alun Purwokerto. (H60-37)