CILACAP- Wilayah Desa di Kabupaten Cilacap yang terdampak kekeringan tahun 2019 ini mencapai 82 desa di 19 kecamatan. Tahun 2018, kekeringan hanya berdampak pada 48 desa di 17 kecamatan.
Hal itu terungkap dari data yang disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap. Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy Wijayanto mengatakan bertambahnya wilayah desa terdampak kekeringan antara lain dikarenakan kondisi yang cenderung lebih kering. Akibatnya cuaca dan musim kemarau saat ini membuat berbagai sumber air termasuk sumur mengering.
“Kalaupun ada air dalam sumber, debitnya minim sekali. Makanya, wilayah atau desa terdampak menjadi lebih banyak. Sejumlah desa yang dulu tidak terdampak, tahun ini juga ikut terdampak kekeringan,” kata dia.
Lebih banyaknya wilayah terdampak kekeringan itu, satu di antanya terjadi di wilayah eks distrik Majenang. Wilayah itu terdiri atas lima kecamatan, yakni Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu dan Karangpucung.
“Memang untuk kekeringan di wilayah kerja kami tahun ini, dampaknya lebih besar atau lebih luas dibanding tahun lalu,” kata Kepala UPT BPBD Majenang, Edi Sapto Priyono, dikonfirmasi Jumat (4/10).
Dia mengatakan, dampak kekeringan di wilayah kerjanya sudah mencapai 24 desa. Kesemua desa itu tersebar di 5 kecamatan. Jumlah wilayah terdampak kekeringan itu lebih banyak, ketika dibandingkan tahun lalu.
“Desa terdampak kekeringan di wilayah eks distrik Majenang, tahun ini sudah lebih dari 20 desa. Ini lebih banyak, karena wilayah terdampak kekeringan tahun lalu hitungannya belasan desa,” kata dia.
Edi menyontohkan Desa Padangsari dan Salebu, Kecamatan Majenang, serta Desa Pangawaren dan Ciporos, Kecamatan Karangpucung. Desa-desa itu tahun lalu tidak mengajukan bantuan air.
“Tapi tahun ini juga ikut mengajukan bantuan air, karena sumber air milik warga di sana sudah tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata dia.(tg-)
Diskusi tentang artikel