PURWOKERTO– Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto bersama Pemkab Banyumas komitmen terus mengembangkan budaya pengiyongan di wilayah tersebut. Tak hanya di Banyumas, budaya pengiyongan juga
berkembang di Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen dan Tegal.
Hal itu mengemuka dalam acara, Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Java Heritage Purwokerto, kemarin yang difasilitasi pihak IAIN. Dua nara sumber yang dihadirkan, yakni Bupati Banyumas Achmad Husein dan Rektor IAIN Purwokerto, Dr Moh Roqib MAg.
Tema yang diangkat “Menguatkan Sinergitas IAIN Purwokerto dan Pemkab Banyumas Dalam Pengembangan Budaya Panginyongan Sebagai Persiapan Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun 2020”.
Roqib mengatakan, secara geografis, budaya panginyongan mencakup wilayah Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap dan Kebumen (Barlingmascakeb) dan Tegal.
“Dengan keadaan ini maka diharapkan budaya panginyongan akan melahirkan sikap yang lebih egaliter dan juga demokratis dengan memahami Islam yang nusantara dengan konteks budaya lokal,” katanya.
Roqib menyebutkan, jumlah mahasiswa IAIN tahun ini berjumlah 18.472 orang, sedangkan yang diterima dan melakukan daftar ulang sebanyak 2.615. Dari jumlah tersebut, mereka berasal terbanyak dari wilayah penginyongan.
Dia menerangkan, saat ini, IAIN sedang berproses untuk menjadi Universitas Islam Negeri Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU). Setelah dinilai, katanya, sudah memenuhi syarat penilaian yang telah dilakukan oleh Tim Penilai di Bogor dan Jakarta.
“Untuk menjadi UIN dibutuhkan nilai minimal 300, sedangkan IAIN Purwokerto mendapat nilai 325,8. Dan visi dari UIN SAIZU adalah untuk menjadi pusat dan referensi pengembangan ilmu keislaman yang terkait
budaya panginyongan,” terangnya.
Bupati mengatakan, budaya panginyongan tidak hanya sebagai simbol kebanggaan saja, Namun harus digali lebih dalam lagi hakekat dari panginyongan.
“Mengangkat budaya panginyongan juga harus bisa meningkatkan kemakmuran dan mengentaskan kemiskinan serta pengangguran masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Banyumas” katanya.
Husein mengatakan, pariwisata dan perguruan tinggi merupakan sektor yang cocok untuk masyarakat Banyumas. Perguruan tinggi bisa memberikan peluang berdirinya banyak tempat kost untuk mahasiswa dan juga kuliner.
“Hal ini didasarkan pada fakta bahwa masyarakat Banyumas yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD) sampai dengan saat ini berjumlah 60 %. Sehingga adanya transformasi IAIN Purwokerto diharapkan tetap dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat Banyumas pada sektor pendidikan,” katanya.(G22-)