Siapa bilang mesin alat berat hanya diproduksi oleh pabrik besar saja. Terbukti sejak pertengahan tahun 2014 hingga sekarang ini, alat berat termasuk mesin gilas yang akrab disebut ‘selender’ bisa diproduksi secara rumahan di Desa Pandansari, Kecamatan Ajibarang.
Adalah Amin Nurrohman (42), pemilik bengkel Istana Mandiri yang mulai memproduksi alat berat tersebut. Dibantu sejumlah karyawannya yang berjumlah kurang dari 10 orang, industri rumahan ‘selender’ ini hingga kini terus berjalan.
Di bengkel yang menyatu dengan rumahnya tersebut, pria lulusan Ekonomi Manajemen Universitas Diponegoro Semarang ini telah memproduksi puluhan alat berat dengan kapasitas berat 1-3 ton. Dengan selisih harga yang lumayan jauh dengan produk pabrikan maka produk Amin diburu pembeli.
“Intinya harga yang kami tawarkan kurang dari harga produk pabrik. Biasanya untuk produk kapasitas 1 ton, harga pabrik bisa mencapai Rp 80 juta per unit. Sementara untuk selender kapasitas tiga ton bisa mencapai harga 400 juta,” jelas ayah tiga anak ini.
Dengan harga yang terjangkau itulah, produk alat berat Amin laris dipesan pembeli. Rata-rata pembeli adalah para pemborong kerja konstruksi jalan mulai dari lokal Banyumas, hingga luar daerah seprti Brebes, Tegal, hingga Ciamis, Jawa Barat. Iapun puas karena sejak membeli alat berat darinya, tidak ada pembeli yang komplain.
“Ahamdulillah dari segi fungsi alat berat saya memang sudah bisa berfungsi maksimal bekerja. Memang hingga kini saya terus berusaha menyempurnakan produk saya. Karena saya akui saya belum mempunyai konsep, bentuk, rancangan yang tetap semua masih penyempurnaan sehingga sekarang yang saya utamakan adalah bagaimana supaya alat berat yang saya produksi bekerja maksimal sesuai tuntutan pembeli,” jelasnya.
Berawal dari Tukang Aspal
Cerita dan ide pembuatan mesin gilas atau tendem itu kata Amin, tak pernah direncanakan sebelumnya. Apalagi selepas ia lulus kuliah, ia justru lebih banyak berkecimpung bidang pengerjaan jalan dan las. Namun ide untuk membuat mesin gilas ini bermula saat ia mendapatkan kesulitan menyewa alat gilas saat pengerjaan jalan aspa di Cilacap.
“Saat itu saya sulit sekali mendapatkan mesin gilas ini. Padahal saya hanya membutuhkan waktu sehari saja untuk memakainya. Akhirnya saya jadi berpikir bagaimana kalau buat selendr sendiri saja. Jadi memang niat saya pertama buat selender, ya untuk dipakai sendiri saja,” katanya.
Setelah muncul ide itulah, ia berdiskusi dengan beberap tukang lasnya. Beberapa kali di saat ada alat berat ia mengamati berbagai komponen dan mekanisme kerjanya. Kalau dari segi bentuk, komponen penggilas, ia yakin bisa membuatnya.
“Ide saya membuat selender ini sempat ditentang oleh istri dan tetangga. Tak mungkin saya berhasil membuat selender, kata mereka. Saya tak peduli dengan perkataan orang yang mengira saya sedang buat odong-odong, ” jelasnya.
Jika kemudian ia bersama lima pekerjanya bisa membuat roda silinser dan kerangka mesin gilas, Amin kemudian menemukan kendala terhadap mesin penggerak selender ini. Untuk itulah ia mencari berbagai informasi terkait hal tersebut. Seluruh toko alat berat di Purwokerto dan daerah lain ia datangi, namuntak satupun toko menjual mesin alat berat tersebut.
“Akhirnya suatu saat saya refreshing di Cilacap, saya melihat kapal berjalan. Saya lihat kapal kecil itu bisa maju dan mundur. Saya datangi nelayan itu, dan saya minta kapal itu supaya maju dan mundur,” jelasnya
Dari pelajaran kapal didermaga pelabuhan Cilacap. Itulah akhirnya Amin mencoba membeli ‘gearbox’ yang menjadi penggerak kapal dengan harga Rp 4 juta. Dari mesin yang dibeli di toko alat berat Cilacap itulah ia kemudian merangkainya menjadi penggerak mesin gilas produksi pertamanya dengan kapasitas satu ton.
“Dengan waktu dua bulan lebih, akhirnya satu mesin gilas bikinan saya pertama itu berhasil jalan. Teman pemborong dari Desa Karangbawang Ajibarang ada yang datang dan langsung membelinya dan telah dipakainya sampai sekarang,” jelasnya.
Kini untuk membuat mesin gilas kapasitas satu ton, Amin bersama lima karyawanya hanya butuh waktu tiga minggu saja. Berbagai plat besi tebal tipis hingga mesin dirangkainya menjadi bentuk mesin gilas siap pakai. Sementara ia memproduksi mesin gilas kecil kini juga juga terus memproduksi mesin gilas kapasitas tiga ton.
“Saya sadar produksi kami masih banyak kekurangan sehingga kami terus melaksanakan penyempurnaan. Untuk itulah kami juga berharap ada fasilitasi pemerintah untuk mendukung usaha kami termasuk kami ingin studi banding untuk menambah keilmuan hingga kemampuan konsep serta teknologi mesin berat ini,” kata pria yang bercita-cita membuat prototipe helikopter.(Susanto-)