Upaya konservasi air dan pemberdayaan bisa dilaksanakan dengan apapun. Asalkan mau berpikir keras dan melihat potensi sekitar, maka konsep dan ide akan muncul. Melaui sinergi bersama, sebuah langkah nyata pemberdayaan ekonomi ekologipun akan muncul.
Begitulah yang kini tengah dilaksanakan oleh para pegiat Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Lestari Desa Baseh, Kecamatan Kedungbanteng. Melihat kekayaan dan keindahan alam khususnya Sungai Logawa, timbullah ‘ide pengembangan dan rintisan wisata air berupa ‘Tubing Logawa’
“Orang miskin bukanlah orang yang tidak punya uang, tetapi orang yang tidak punya ide,” demikian ujar Ketua LMDH Wana Lestari, Agus Setiansah mengutip pernyataan motivasi dan reflektif dari Mochtar Riady, bankir dan pengusaha sukses nasional.
Bersama dengan para pegiat LMDH dan Komunitas Wong Apa, wisata ‘river tubing’ (meluncur bebas menggunakan ban dalam di arus ringan sungai, red) mulai dirintis sejak awal 2016 lalu. Melalui rintisan wisata ini, pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi dan ekologi di hulu Sungai Logawa tepatnya di dekat air terjun Gomblang dilaksanakan.
Lokasi ini dipilih karena terbilang masih alami, indah dan mempunyai aneka ragam hayati baik flora maupun fauna. Melalui ‘tubing’ Logawa Desa Baseh inilah kegiatan konservasi alam juga dilaksanakan. Pengunjung dan penikmat wisata, ditawarkan menikmati sensasi terseret arus dan terbentur batu di Sungai Logawa.
“Para pengunjung juga akan diajak untuk turut menanam pohon di sekitar lokasi sehingga flora di wilayah ini semakin kaya dan padat. Karena sebagaimana diketahui, tanpa adanya pohon maka konservasi wilayah khususnya air juga sulit terlaksana,” katanya.
Tiap Sabtu-Minggu
Adapun menurut Agus, kegiatan tubing Logawa ini biasanya dilaksanakan tiap Sabtu-Minggu. Adapun paket wisata tubing Logawa ini dilaksanakan dengan pendampingan Komunitas Wong Apa yang beranggotakan para pecinta alam, personel SAR dan sebagainya. Jadi standar keamanan wisata ‘tubing’ ini bisa terjamin.
“Karena memang selain Sabtu-Minggu, para pendamping wisata ini masih beraktivitas mulai dari bekerja, kuliah dan wiraswasta dan seagainya,” katanya.
Pegiat dan kades konservasi alam nasional Kusno yang juga turut mendampingi wisata ‘Tubing Logawa’ ini mengatakan sejak dirintis, banyak anggota komunitas pecinta alam, dan berbagai profesi menjajal uji adrenalin di alam lereng Gunung Slamet tersebut. Melalui kegiatan inilah, diharapkan kampanye cinta dan peduli terhadap lingkungan alam semakin efektif dan efisien dilaksanakan.
“Kami berharap dengan kegiatan tubing ini maka para pengunjung diajak untuk berbagi dengan masyarakat dan dengan alam sekitar hutan. Selain menikmati aliran arus sungai Logawa maka mereka diajak untuk bersahabat dengan kejujuran alam,” katanya.
Untuk menikmati sensasi aliran Sungai Logawa ini, pengunjung hanya diminta berbagi dana Rp 25 ribu- Rp 30 ribu. Dari biaya tersebut, pengunjung bisa menyewa sarana tubing mulai dari ban dalam, pelampung, pengaman, helm dan sebagainya. Dari sebagian uang tersebut, juga disisihkan untuk kas LMDH, biaya pendampingan dan dana konservasi alam sekitar Curug Gomblang.
“Termasuk untuk pembiayaan bibit tanaman hutan yang ditanam oleh mereka jelang kegiatan tubing tersebut. Kami berharap ini bisa menjadi bagian ikhtiar untuk menjaga alam dan berbagai dengan sesama,” jelasnya.(Susanto-)