PURWOKERTO – Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto menargetkan tahun ini ada sebanyak 140 pengguna QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Kabupaten Banyumas.
QRIS merupakan sebuah metode pembayaran elektronik yang Bank Indonesia keluarkan. Tujuannya untuk mempermudah proses transaksi agar aman, cepat dan mudah.
”Target kita pada tahun ini ada sebanyak 140 ribu UMKM yang menggunakan QRIS. Pemerintah daerah juga kita dorong (untuk menggunakan QRIS),” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi, Sabtu (2/10) lalu.
Saat ini, jumlah UMKM, tempat ibadah, obyek wisata, dan retribusi di Purwokerto yang menggunakan metode pembayaran elektronik ini sudah mencapai 110 ribu.
Baca Juga : Bank Indonesia Dorong Penggunaan Transaksi Nontunai
Dia menyampaikan, penggunaan metode pembayaran elektronik ini sudah dimulai sejak Januari tahun lalu. Namun, masih banyak pemilik usaha yang menganggap tidak memerlukan pembayaran elektronik dan tidak mau menggunakannya.
”QRIS kan mulai dari Januari 2020. Memang ada yang siap, mau dan perlu. Ada yang tak siap dan merasa tidak perlu. Kalau UMKM yang lumayan, misal jualan pakaian, coffee shop itu membantu (menggunakan QRIS),” ungkapnya.
Dorong Pelaku UMKM
Menurutnya, sosialisasi metode pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard masih perlu di lakukan secara pelan-pelan. Selain itu perlu mendorong para pelaku UMKM untuk mengenal dunia digital.
”Pelan-pelan dua sisi (penjual dan pembeli) kita dorong terus walaupun bobotnya lebih pada penjual. Edukasi yang UMKM kita dorong terus. Terus terang QRIS ini merupakan pintu masuk bagi UMKM mengenal dunia digital,” tegasnya.
Ia pun juga menjelaskan, keuntungan dari menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard. Ketika pelaku usaha menerapkan QRIS dengan menggunakan QR Code pembayaran, maka pembayaran akan langsung masuk ke dalam rekening. Sehingga menghindari adanya oknum-oknum yang menyalahgunakan uang tersebut.
”Misalnya retribusi biaya masuk wisata. Kita tekan terus uangnya (transaksi) jadi jelas. Kalau menggunakan QRIS, bayar duitnya pasti (langsung) masuk ke rekening,” ujarnya meyakini.
Sementara Abid (41), salah satu anak pemilik rumah makan di Jalan RA Wirya Atmaja Purwokerto mengatakan, belum ada pembeli yang menggunakan pembayaran elektronik ini.
Baca Juga : Refleksi Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia
Ia bahkan tidak tahu mengenai penggunaanya. ”Belum ada yang menggunakan QRIS, kebanyakan masih menggunakan tunai,” ujarnya.
Via (20), karyawan rumah makan Loempia Boom menyebut, sedikit pembeli yang menggunakan pembayaran digital.
Menurutnya, masih banyak orang yang gaptek (gagap teknologi) karena kurangnya sosialisasi mengenai penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard. Selain itu, jaringan internet yang tidak stabil saat men-scan barcode juga menjadi kendala.
”Karena masih banyak orang yang gaptek. Jadi, mungkin perlu sosialisasi mengenai penggunaan QRIS. kalau ada yang mau pakai, terkadang jaringannya jelek,” pungkasnya.((mg01-7)