PURWOKERTO-Ekses negatif yang akan menjadi daya tolak terhadap rencana pembangunan jalan tol Pejagan-Cilacap simpang ke Purwokerto-Purbalingga harus diantisipasi sejak awal. Khususnya, sektor UMKM, seperti rumah makan, usha kuliner lain di sepanjang wilayah tersebut.
“Mau ada jalan tol, masyarakat dibawah yang saya tanya, rata-rata mengaku senang. Tapi mereka belum sadar pasti nanti ada ekses negatif yang akan mengikuti,” nilai anggota DPRD Banyumas, Suswanto, asal Ajibarang, kemarin.
Ekses negatif, kata dia, selain soal pembebasan lahan terkait ganti untung, juga sektor usaha mikro yang selama ini sudah tumbuh di sepanjang jalur dari Brebes masuk Banyumas hingga Purwokerto dan Purbalingga.
“Ekses negatif yang nantinya akan menjadidaya tolak masyarakat harus diantisipasi. Misalnya pemkab harus memperjuangkan, saat direalisasikan, yang jualan di rest area harus dari pedagang-pedagang setempat. Jangan dari luar daerah yang bermodal besar,” kata wakil rakyat dari Gerindra ini.
Dia mengingatkan, sisi positif dari adanya jalan tol harus terus disosialisasikan ke masyarakat. Misalnya di wilayah Banyumas bagian barat, ini bisa memacu sentra-sentra industri baru. Yakni industri yang padat karya atau yang mendatangkan penghasilan ke masyarakat.
“Pemerintah harus menjadi mediator dan fasiliator. Jangan sampai adanya jalan tol, investasi yang datang justru tidak menguntungkan masyarakat secara luas,” katanya.
Respon Positif
Anggota DPRD dari Partai Golkar, Sobirin mengatakan, bagi masyarakat Kecamatan Purwojati yang sebagian bakal terlewati jalan tol arah Purwokerto-Pirbalingga mengaku merespon positif.
“Akses ekonomi i sana pasti akan berkembang. Karena dari wilayah Purwojati ada jalan keluar (exit tol), aa yang ke arah Jambu Wangon maupun Patikraja-Purwokerto,” kata wakil rakyat dari Purwojati ini.
Menurutnya, dari trase atau rute yang diketahui, di wilayah Purwojati juga akan ada jalur melingkar di Gunung Putri. Jika ini terwrujud maka distribusi untuk angkutan barang juga besar.
“Nanti ada pintu masuk yang tembus je jalan nasional di Rawalo, masuknya juga di wilayah Purwojati. Ke depan, kalau selama ini kecamatan ini dianggap paling sepi, kemungkinannya menjadi besar dan ramai. Bisa saja diusulkan menjadi pusat ibukota kabupaten, yang rencana untuk pemekaran Kabupaten Banyumas Barat, karena posisinya di tengah-tengah,” katanya. (G22-)