PURWOKERTO – Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas kembali menggelar Jambore Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Gunung Laos, Desa Wisata Kaliwangi, Kecamatan Purwojati, 27-29 Oktober 2019.
Selama tiga hari, para peserta bakal memamerkan potensi dan kemampuan mengelola destinasi wisata di desa masing-masing.
Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Bahrudin mengatakan, ajang tersebut merupakan pengembangan even sebelumnya yaitu lomba Pokdarwis tahun 2018 lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk memetakan potensi desa wisata yang jumlahnya semakin banyak.
“Dari hasil evaluasi tahun lalu, kita mulai mencoba mendorong Pokdarwis agar memiliki pengelolaan dan manajemen kepariwisataan yang baik. Baik dari segi pelayanan sampai promosi destinasinya,” kata dia, pada rapat koordinasi persiapan Jambore Pokdarwis 2019, di komplek Lapangan Tembak GOR Satria Purwokerto, Senin (14/10).
Bahrudin mengatakan, peserta ajang ini merupakan 15 pengelola desa wisata maupun desa rintisan wisata. Setiap organisasi diwajibkan memiliki Surat Keputusan (SK) Pokdarwis dari Kepala Desa atau Kelurahan memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, data-data kepengurusan, SK Pokdarwis dari Kepala Dinporabudpar Banyumas serta data profil potensi pariwisata.
Adapun materi festival yang dilombakan yaitu stand pameran potensi wisata dan produk unggulan, yel-yel, profil wisata serta atraksi budaya dari setiap peserta.
“Ini menjadi seleksi awal, sebelum mereka berlaga di tingkat regional maupun nasional. Jadi benar-benar kami saring desa wisata terbaik secara pengelolaan dan perkembangannya,” katanya.
Sementara itu, Rektor IT Telkom Purwokerto, Ali Rokhman mengatakan, jambore tersebut sebaiknya juga mengundang perangkat desa maupun pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Sebab, mereka memiliki peran dalam pengembangan desa wisata.
“Pegiat Pokdarwis, pemerintah desa dan BUMDes ini harus berkolaborasi dan bersinergi. Bisa contoh di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Di sana pemerintah desa sangat mendukung. Hasilnya, mereka punya pendapatan asli desa yang nilainya lebih dari Rp 1 miliar,” katanya. (K35-37)
Diskusi tentang artikel