PURWOKERTO – Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Riana Listanti STP MSc berupaya menggairahkan kembali kemandirian petani garam di wilayah pesisir Kebumen. Melalui program pengabdian masyarakat, dia menerjunkan tim untuk memberikan pelatihan bahan serta alat untuk mengolah garam organik menjadi bath bomb salt serta pewangi ruang.
Riana menuturkan, petani garam di Desa Sidoharjo, Kecamatan Puring, Kebumen tadinya hanya dapat mengkonsumsi garam organik, contohnya seperti yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Lestari Sejahtera. Hal ini menyebabkan penghasilan petani garam jauh dari memuaskan.
“Kami ingin memberikan wawasan serta pengetahuan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kemandirian petani garam,” ujarnya, Minggu (30/8).
Pelatihan yang digelar Sabtu (22/8) lalu ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelum pandemi Covid-19 berlangsung yaitu penyuluhan tentang SOP Pembuatan Garam Organik Sistem Green House Tunnel.
(Baca Juga: Faperta Unsoed Kenalkan Teknologi Superbodi )
Riana mengemukakan, selain produk garam yang berkualitas karena diproduksi dengan sistem tunnel, Desa Sidoharjo juga memiliki potensi wisata Pantai Lumut yang cukup ramai. “Hal ini mendorong kami untuk melakukan pengabdian yang meningkatkan nilai jual dari garam yang dihasilkan dan mudah dalam pemasarannya,” ujarnya.
Pelatihan dilaksanakan di tempat terbuka di pantai Lumut Desa Sidoharjo, Kecamatan Puring Kebumen dengan peserta yang terbatas sebagai langkah antisipasi di masa pandemi. Para peserta pelatihan tampak antusias mengikuti proses pembuatan bath bomb salt dan pewangi ruangan dari awal hingga proses pengemasan.
Riana mengaku senang dengan antusiasme anggota KUGAR serta peserta pelatihan Dia berharap pengetahuan tersebut dapat ditularkan kepada masyarakat lain.
“Sebenarnya proses pembuatannya cukup mudah. Selain kami berikan pelatihan langsung, kami juga telah menyiapkan video proses pembuatan secara detail untuk diberikan kepada mereka. Agar dapat disebarkan di KUGAR,” ungkapnya.
Produk Olahan
Ia dan timnya berharap dengan memproduksi aneka olahan produk garam, maka petani garam tidak hanya mengandalkan menjual garam organik. Para petani juga dapat menjual produk olahan dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
“Produk ini dapat dijual dengan harga Rp 15.000-Rp 30.000 dengan modal yang jauh lebih kecil. Jadi harapannya dapat meningkatkan keuntungan dan membuat petani semakin mandiri,” jelasnya.
Selain memberikan pelatihan produksi, Riana dan timnya juga menyerahkan bahan serta alat yang dibutuhkan agar KUGAR Lestari Sejahtera dapat memproduksi sendiri serta menjual produknya.
Ketua KUGAR Lestari Sejahtera, Tugino Hadi Hamzah mengatakan, pelatihan ini sangat bermanfaat untuk kelompoknya. Dia juga berencana menyebarkan pengetahuan tersebut kepada anggotanya maupun warga setempat.
“Kami sangat berterimakasih dengan adanya pelatihan ini sehingga ke depan kami dapat memproduksi sendiri dan dapat menjual sendiri,” ungkapnya.
Tugino mengatakan bahwa selama ini garam organik yang dihasilkannya dijual dengan harga Rp 4.000- Rp 5.000 per kilogram. Akibat ongkos produksi yang cukup besar, harga tersebut masih belum dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Menurut dia, pembuatan bath bomb salt dan pewangi ruangan yang diajarkan oleh tim dari Faperta Unsoed dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi dan banyak peminatnya.
“Ini baru selesai pelatihan saja tadi mulai ada yang mau beli. Ke depan kami dapat menerima pesanan untuk souvenir acara pernikahan, untuk hotel, dan lain-lain,” jelasnya. (K35-2)