CILACAP – Meluasnya dampak kekeringan di sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap dipengaruhi sejumlah faktor, yang di antaranya terjadi fenomena El Nino lemah. Hal tersebut disampaikan Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi pada BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo saat dikonfirmasi akhir pekan kemarin.
Dia menyampaikan, satu dampak dari fenomena itu membuat curah hujan menjadi lebih jarang. Karena itu, kondisi kemarau cenderung lebih kering.
“Betul, beberapa bulan yang lalu dipengaruhi oleh El Nino intensitas lemah, sehingga curah hujan menjadi berkurang,” kata Teguh Wardoyo, saat dikonfirmasi akhir pekan lalu.
Untuk diketahui, musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan. Hanya jumlah curah hujan di musim kemarau sangat rendah.
Tidak hanya itu, banyaknya wilayah terdampak kekeringan di Cilacap dan sekitarnya juga karena musim kemarau ini berlangsung lebih lama. Musim kemarau juga datang lebih awal.
Sesuai data badan itu, musim kemarau di wilayah Cilacap berlangsung mulai bulan Juni. “Datangnya musim kemarau merata mulai bulan Juni di Cilacap, sehingga dampaknya juga lebih merata,” kata dia.
Curah Hujan
Sudah begitu, datangnya musim hujan setelah kemarau ini mengalami keterlambatan. “Musim kemarau lebih awal terjadi, sedangkan musim hujan nanti mengalami kemunduran sehingga lama musim kemarau jadi bertambah,” kata dia.
Senada disampaikan Prakirawan Cuaca BMKG Cilacap, Rendi Krisnawan. Sejauh ini kondisi jumlah curah hujan masih tergolong rendah untuk wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya. Padahal sesuai prakiraan pihaknya, saat ini memasuki peralihan musim dari kemarau menuju ke musim hujan, atau dikenal pancaroba.
“Ini terjadi karena disebabkan pada waktu bulan Mei-Juni-Juli itu ada fenomena El Nino tetapi kategori lemah. Yaitu kondisi suhu muka laut yang lebih dingin dari normalnya tetapi kategorinya lemah,” kata Rendi Krisnawan, saat dikonfirmasi secara terpisah.
Dia menjelaskan, pada saat ini suhu muka laut di wilayah Indonesia pada umumnya masih dingin. Ketika suhu muka laut dingin maka jumlah penguapan uap air untuk membentuk terjadinya hujan juga masih rendah.
“Jadi kalau suhu muka laut dingin, itu penguapannya jadi berkurang. Karena penguapannya sedikit maka awannya sedikit. Angin juga masih dari arah timuran atau Benua Australia yang sifatnya kering, sehingga pertumbuhan awannya jadi masih sedikit,” jelas dia.
Pengaruh dari kondisi itu, curah hujan di wilayah Kabupaten Cilacap masih kategori rendah.
Diberitakan sebelumnya, dampak kekeringan di Kabupaten Cilacap lebih luas ketika dibandingkan dengan dampak di musim kemarau tahun lalu. Desa yang wilayahnya dilanda kekeringan sudah lebih dari 80 desa. Padahal saat kemarau tahun lalu, dampak kekeringan di Cilacap ‘hanya’ terjadi di 48 desa.
Kondisi itu membuat kebutuhan warga terdampak akan bantuan air ‘membengkak’. Tahun ini BPBD Cilacap bersama pihak terkait sedikitnya sudah menyalurkan 666 tangki air. Padahal kebutuhan air bantuan pada tahun lalu 512 tangki.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy Wijayanto mengatakan, lebih luasnya dampak kekeringan karena musim kemarau terasa lebih kering. Akibatnya, warga terdampak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air karena sumur mereka mengering. (tg-37)