PURWOKERTO – Penyaluran sayuran untuk program bantuan pangan non tunai (BPNT) yang rusak atau sebagian sudah busuk akibat disimpan terlalu lama dalam bungkusan plastik. Padahal sifatnya tidak tahan lama dan harus dalam kondisi segar.
“Hasil evaluasi sementara, ini kesalahan teknis karena kalau sayuran dibungkusi dalam plastik pasti rusak, apalagi dalam jumlah banyak dan disimpan lebih dari seharian,” kata Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsopermades) Kartiman, Senin (10/2).
Menurutnya, alasan sayuran berupa kubis dan welok serta tempe dibungkus dalam plastik supaya mempermudah e-warung menyalurkan kepada keluarga penerima manfaat (KPM) BPNT. Pascakejadian tersebut, sebagai bahan evaluasi, untuk penyaluran berikutnya diupayakan masih berupa sayuran segar.
“Bulan Februari ini ada dua kali penyaluran. Yang mulai tanggal 7 Februari lalu, ini untuk jatah bulan Januari. Sedangkan yang jatah bulan ini pada minggu-minggu terakhir bulan ini,” jelasnya.
Pihaknya mengundang pihak perusahaan yang ditunjuk sebagai penyuplai untuk menyamakan persepsi bagaimana sayuran yang akan dibagikan tetap dalam kondisi segar atau awet.
Targetnya, penyuplai ini harus bisa membangun komunikasi dengan e-warung. Sehingga saat ada penyaluran barang tidak layak, disimpan dulu dan minta segera diganti.
“Ini konsep yang akan kita tawarkan ke pihak penyuplai. Kalau untuk beras, dan telur sampai sekarang relatif berjalan baik. Penyaluran tambahan ada komponen sayur kan juga baru mulai tahun 2020 ini,” tandasnya.
Kartman mengatakan, penyuplai barang untuk program BPNT ini dimenangkan perusahaan dari luar daerah. Namun untuk pelaksanaan di lapangan menunjuk orang lokal.
Informasi awal untuk menyalurkan, katanya, juga banyak melibatkan orang-orang setempat sebagai distributor atau tengkulak sayuran. Sementara untuk pemegang order penyuplai sayuran dan lauk-pauk (tempe dan telur) oleh perusahaan dari Jakarta.
“Sore ini (kemarin-red) tiga penyuplai dari perusahaan di Jakarta kita undang untuk menjelaskan secara detail terkait penyaluran yang sempat jadi masalah ini,” ujar kartiman.
Seperti diberitakan, temuan sayuran busuk dan rusak kali pertama muncul di Desa Karangnangka Kecamatan Kedungbanteng, saat penyaluran tanggal 7 Februari lalu. Saat mau dibagikan oleh e-warung, ditemukan sayuran yang dikemas dalam plastik kresek dalam kondisi rusak.
Keluarga penerima manfaat akhirnya tidak bersedia membeli sayuran itu, dan pihak e-warung minta barang tersebut ditarik kembali. Temuan seperti ini ternyata hampir merata di Banyumas, karena penyuplai sayuran dan tempe, berasal dari perusahaan yang sama. (G22-20)