PURWOKERTO – Daya tampung sampah masyarakat dari wilayah Kota Purwokerto, Sumpiuh dan Tambak yang masuk ke tempat pemrosesan sampah terpadu (TPST) Wlahar Patikraja, kini sudah tidak memadai.
Dalam sehari kiriman sampah dari tiga wilayah itu, utamanya dari Purwokerto mencapai 30 truk sehari. Satu truk kaspitas muat 7-6 meter kubik atau sekitar 2 ton, karena 1 meter kubik (m3) sekitar 0,3 ton.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, Junaedi mengatakan, pihaknya menargetnya 10 bulan ke depan, sampah yang masuk ke TPST tinggal 60 persennya atau 15 truk saja.
‘Kita targetkan di Oktober 2021 ini, tinggal 15 truk yang masuk ke TPST. Kalau sekarang masih cukup tinggi. Sampah ini kan sisa-sisa hasil pemilahan dan pemrosesan di hanggar-hanggar yang sudah ada,” katanya, kemarin.
(Baca Juga : Kurangi Sampah, Pemkab Banyumas Kembali Operasionalkan 6 TPST )
Menurutnya, saat ini sudah beroperasi sekitar 21 TPST, dan tinggal beberapa kecamatan yang belum ada sama sekali. Seperti Tambak, Sumpiuh, Lumbir, Kemrajen, Gumelar dan Purwojati. Hanggar paling banyak berada di Kota Purwokerto. Di kota yang sudah ada, di antaranya Pabuaran, Purwonegoro, Kober, Arcawinangun, Bobosan, Grendeng dan Karangwangkal.
“Ini di Wlahar Patikaraja sedang kita bangun TPST Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE). Pembangunannya sudah mencapai 15 persen, target selesai Oktober. Rencananya 2022, kami akan operasionalkan secara maksimal untuk menampung sisa-sisa dari hanggar-hanggar yang sudah ada,” ujarnya.
Rumah Magot
Di lokasi TPST BLE Wlahar, pihaknya akan melengkapi dengan rumah magot, rumah plastik dan kolam lele. Sampah yang masuk ke lokasi nanti akan kami musnahkan dengan cara membakar sampah. Sehingga tidak ada timbunan sampah lagi di TPST. Supaya sampah yang terkirim bisa berkurang, maka pihaknya meminta KSM di masing-masing hanggar untuk memiilah lebih dulu.